Situasi politik kekinian mengundang perhatian banyak kalangan. Dari legislatif (DPR RI) yang pertama kali sepanjang sejarah Indonesia dipimpin oleh seorang perempuan dari dinasti politik. Sampai upaya menggulingkan kekuasaan eksekutif (Presiden) yang akan dilantik untuk masa jabatan kedua beberapa hari ke depan.Â
Satu pertanyaaan klasik, pola kepemimpinan seperti apakah yang sesuai dengan kepentingan umum rakyat Indonesia yang beragam itu ? Keduanya, Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) membawa "darah" Jawa. Tanpa bermaksud mengkultuskan, kebetulan saya temukan buku berjudul sama dengan tulisan ini.Â
Dalam pengantarnya, menyitir filosofi kepemimpinan dalam budaya Jawa sesuai wewarah (nasihat, petunjuk). Bahwa seorang pemimpin adalah juga guru (bangsa-pen) yang harus memperhatikan lima hal berikut.Â
Pertama, mulat (mengetahui) keadaan riil rakyat Indonesia secara menyeluruh. Bagaimana keadaan yang sesungguhnya tengah dan akan dialami oleh segenap lapisan masyarakat. Apa yang diharapkan dan bagaimana cara mengatasinya dan seterusnya.Â
Dalam hal ini, wawasan pemimpin bukan hanya menjawab pertanyaan, usulan, gugatan dan harapan masyarakat. Ia harus cerdas membaca situasi kekinian dan bijak dalam mengambil keputusan strategis.Â
Kedua, milada (memberi pujian, memotivasi). Pemimpin harus mampu menjadi motivator yang menginspirasi segenap raknyatnya. Memberi pujian atas prestasi yang diraih. Menguatkan semangat dan daya hidup masyarakat yang tengah tertimpa bencana misalnya.Â
Ketiga, miluta (membimbing, menuntun, mengarahkan). Mirip dengan kriteria kedua, pemimpin harus berperan selaku guru bangsa.Â
Keempat, palidarma (memberi teladan baik). Segala perilaku, ucapan dan tindakan pemimpin nasional akan dicontoh oleh segenap rakyatnya.
Kelima, palimarma (memberi ampunan). Pemimpin yang baik hendaknya selalu membuka pintu maaf bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Secara umum, kriteria kepemimpinan modern adalah capable (mampu, cerdas), credible (amanah), acceptable (dapat diterima oleh semua kalangan) dan sebagainya.Â
Apapun kriteria kepemimpinan organisasi moderen (termasuk negara), Â pemimpin harus menjadi penyemangat hidup dan kemajuan (how to do). Bukan akan jadi (how to be) atau mendapatkan (how to have) apa.Â