Willow Tree memajang gambar warna merah darah, di antara simbol rumah Pecinan.Â
Aku kenal satu dua penulisnya, tapi tak ingin mengulas isi buku itu. Ada cerita yang masih menggelayut, benarkah itu aksi spontan ?
Jelang tengah hari, dari kejauhan terdengar suara dalam nada beringas. Tepat di depan kantor polisi, api puntung rokok yang konon sengaja dilemparkan ke sebuah drum di toko oli kian membesar. Â Mengundang kerumunan orang di sekitar.
Dari para spir angkutan kota dan minibus yang sedang mangkal di samping kantor polisi. Para pengendara becak kayuh dan orang-orang yang lalu lalang di jalan besar itu. Mereka berbaur dan beragam teriakan  jadi  bahan bakar tambahan.
Entah dari mana datangnya, ratusan orang telah berkumpul. Api mulai menjalar di bangunan sebelah dan terus mencari sasaran baru. Gudang minyak goreng Soe Ing mulai membara di terik matahari. Orang-orang bergerak ke Selatan, Pecinan di Jalan Pahlawan sekita Tugu Lawet.Â
Sebelum orang-orang beringas itu memasuki Keposan, akses ke dalam dihalangi warga dengan tangga dan apapun yang ada di sekitar. Sekadar upaya menghambat laju pergerakan massa yang kian banyak dan terus meneriakkan kemarahan. Cara ini mengundang respon warga lokal yang membentuk barikade manusia.
Titik-titik api baru terus bermunculan di depan Tugu Lawet. Toko kain dan bahan bangunan mulai mengepulkan asap hitam. Juga toko kelontong di sebelahnya. Nyala api seolah jadi energi baru. Di sisi lain, kulihat orang-orang berseragam menutupi identitasnya.Â
Ketika malam menjelang, sejumlah pasukan bersenjata laras panjang bergerak memutari kota. Semakin malam bertambah banyak dan beridentitas tentara.
Saat menengok rumah untuk mandi dan ganti baju, almarhumah ibu memberi tahu. Bahwa ada kenalan yang mengungsi. Yang lelaki teman main bridge dan kelak jadi pasangan di berbagai pertandingan mewakili daerahku. Ia titip kunci agar aku mengawasi toko yang jadi rumah tinggalnya juga. Â
Tengah malam, di sisi Selatan kota, terdengar rentetan tembakan. Dari seorang anggota kepolisian yang berjaga di kantor kelurahan, ada infor jika massa dalam jumlah banyak dari luar kota coba masuk dan dihalau petugas dengan peluru karet tak jauh dari pintu perlintasan kereta.
Mendengar hal itu, saya segera ijin menengok rumah yang cukup sepuluh menit berjalan kaki. Di teras, ada satu pasukan Banteng Raiders tengah beristirahat. Ternyata, mereka telah bertemu dan memberi tahu kedatangannya kepada ibu yang masih terjaga.