Hari ini saya begitu gelisah karena tulisan yang dikategorikan admin Kompasiana, Cerpen: Monolog Kursi Tua | Cinta Yang Berbalas , sebagai Artikel Utama tumbang di kesempatan pertama. Istilah ini saya pakai untuk mewakili jumlah pengunjung tak lebih dari 100 setelah tayang lebih dari 12 jam.
Kegelisahan itu karena rasa tanggung jawab moral atas apresiasi yang tak sepadan dengan pencapaiannya. Meskipun bukan hal yang menakutkan, tapi gelisah itu terus membayangi. Dari situ, saya ingin menemukan jawaban dengan menelusuri beberapa tulisan dengan kategori sama atau setara.Â
Di awal tayang sampai beberapa waktu, tulisan saya membayangi artikel menarik dan berbobot dari mBak Suprihati,  Minggir Tanpa Tersingkir, Pembelajaran Dari Lintasan . Saya memberi peringkat inspiratif untuk tulisan ini yang intinya toleransi yang tak mengurangi harga diri (kecuali buat yang egois atau berlebihan dalam bersikap).Â
Dengan tetap menjaga harmonisasi, mengutamakan yang lebih penting untuk kebaikan bersama. Narasi yang sangat inspiratif. Sekali lagi, ini versi saya, meski termasuk kategori artikel pilihan tapi sangat minimal pengunjung (kurang dari 50). Setelah beberapa saat saya tinggalkan, artikel ini termasuk dalam kategori artikel utama.Â
Demikian pula  tulisan Khrisna Pabichara berjudul:  Kilatan Makna Kata "dengan"  yang mengalami keadaan serupa. Jika tulisan saya dianggap hal biasa, tapi untuk dua tulisan yang disebut terakhir tentu jadi pertanyaan besar. Keduanya adalah penulis mumpuni yang tidak perlu diragukan kapasitas kepenulisannya. Adakah dampak negatif keberadaan "akun siluman Akip" atau ada sebab lain yang sulit dicerna akal sehat saya yang awam Teknologi Informasi?
Hal lain yang juga menimbulkan kegelisahan saya adalah sulitnya menerbitkan (posting) komentar. Nampaknya, bukan hanya saya yang mengalami.  Tidak terkecuali penulis hebat sekelas  "Mike Tyson" Pebrianov mengalami kejanggalan serupa dalam berkomentar pada tulisan inspiratif-nya mBak Hennie E.P : Masih Pantaskah Abubakar Ba'asyir Berstatus WNI?  dengan coba-coba seperti tak yakin diri atas apa yang dialaminya.Â
Sayapun tidak cukup yakin diri untuk mengatakan bahwa Kompasiana tengah diganggu makhluk halus "peretasan". Atau mungkin saja , kegelisahan yang berlebihan karena faktor kebodohan. Yang pasti, saya merasa dipukul jatuh (knock out) di detik-detik terakhir ronde pertama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H