Embun pagi masih menari di atas dedaunan. Hujan malam mengguyur deras bak tumpah dari langit. Paduan suara katak melantunkan harmoni alam di awal musim penghujan. Kang..kung...thoet.. berbirama. Mengajak yang lain merayakan hujan.Â
Di sudut ruang kosong, seorang pemuda tampan tengah memeluk bungkusan kain lusuh. Ia nampak kedinginan menahan malam yang menggigit tulang belulang. Baju basah melekat di tubuh kerempengnya. Lusuh, lemah dan sangat letih. Berhari-hari menapaki jalan terjal, lembah dan ngarai curam penuh belukar. Dingin malam itu membuat dirinya terjatuh dalam tidur lelapnya.Â
***
Di sebuah lorong panjang, di atas debur ombak Laut Selatan yang kian mengganas, dalam bingkai pemandangan yang kontras. Seorang berperawakan kecil tengah memanaskan sesuatu di atas perapian. Tangannya begitu cekatan membolak-balikkan balik tubuh ikan yang ia dapatkan dari lemparan ombak . Cukup besar ukurannya. Semacam baracuda tapi lebih bulat dan panjang.Â
Sementara itu, di sudut ruang terbujur seseorang yang tertidur lelap, berselimut bendera Matahari Terbit. Ternyata tubuh itu si pemuda kerempeng yang jatuh pingsan di sudut ruang kosong. Raut wajahnya mulai nampak segar dan nafasnya bergerak teratur. Penghuni goa ini menyelamatkan dirinya dari dingin malam awal  musim penghujan.
***
Di satu desa pesisir yang porak poranda akibat hujan peluru meriam dan pertempuran seminggu yang lalu, beberapa orang penduduk tengah mengais sisa harta benda yang mungkin masih ada. Seorang lelaki tua modar mandir membagikan makanan. Para perempuan tengah menumbuk padi yang diambil dari lumbung padi desa yang selamat dari  penyerangan membabi buta tentara penjajah.
Pagi itu cuaca cerah. Mentari tersenyum hangat sejak membuka hari. Suara kentongan bertalu-talu di sekeliling desa tanda undangan berkumpul di balai desa yang rusak parah. Kabar bahwa kepala desa telah dieksekusi oleh anggota laskar pejuang tersebar luas di seluruh penjuru desa dan desa-desa sekitar. Banyak kabar simpang siur masalah ini. Ada yang bilang, kades tergiur iming-iming harta benda. Ada juga yang berkabar, istri mudanya yang baru dinikahi sebulan diambil paksa oleh komandan pasukan penjajah.Â
Penduduk desa telah berkumpul di halaman balai desa yang cukup luas. Diantara puing bangunan dan bau anyir darah para syuhada yang gugur di tempat itu. Pak Carik selaku pengganti kades telah berdiri di atas tumpukan puing yang dibuat sebagai podium darurat. Hanya sebagian kecil orang muda yang hadir di tempat itu. Kebanyakan perempuan dan renta.Â
Pak Carik memberi penjelasan singkat bahwa para lelaki tengah bekerja bakti membersihkan jalan desa dari puing-puing bekas pertempuran seminggu lalu. Dimulai dari ujung Utara dan Selatan desa. Para perempuan diminta membuka dapur umum di samping balai desa. Yang muda dan dirinya membersihkan balai desa agar dapat dipakai lagi secepatnya. .
***