Seorang teman yang tengah menggapai puncak tangga karir di satu instansi pemerintah menulis di grup medsos. Ia mengutip tulisan pakar psikologi yang berjudul: Setelah IQ, EQ, SQ, sekarang muncul AQ.
SUATU SAAT KITA AKAN MENINGGALKAN MEREKA JANGAN MAINKAN SEMUA PERAN
By : Ibu Elly Risman
(Senior Psikolog dan Konsultan, UI)
Ditambah beragam ilustrasi yang intinya mengingatkan agar anak dilatih menyelesaikan masalah kesehariannya. Dari yang sepele, membuka tutup botol. Sampai hal yang lebih rumit semacam memecahkan teka-teki suatu puzzle. Diakhiri dengan imbauan khas pejabat, semua itu untuk masa depan negeri.
*****
Bagi orang awam psikologi seperti saya, istilah itu mengingatkan satu jenis  pelatihan "orang lapangan" yaitu Life Skill secara umum. Atau   Survival yang bersifat khusus. Sementara itu, pengertian Adversity Quotient (AQ) menurut saya hanya semacam perbedaan istilah dari kedua pengertian sebelumnya. Serupa dengan istilah ATM - Kompasianer Elly Suryani.  Modifikasi copas , kurang lebihnya untuk menggantikan istilah manajemen : benchmarking.  Â
Meskipun begitu, mungkin sebaiknya lebih tahu kemauan Stoltz menghadirkan istilah ini. Ada 4 komponen atau unsur penting dalam memahami AQ Â yang dapat disingkat dengan CO2REÂ (control, ownership & origin, rich dan endurance).Â
Control atau kendali diri, tidak berusaha menyalahkan atau istilah yang saya sukai : mengasihani diri. Dalam menghadapi masalah hidup dan kehidupan seberat apapun, kita tak perlu mengasihani diri. Seolah-olah hanya diri ini yang paling menderita dan patut dikasihani.Â
Kebanyakan orang yang suka mengasihani diri adalah pemalas, Â pengeluh, atau sejenisnya. Jika ada kesempatan dan biasanya cukup jeli, ia atau mereka akan bertindak sebagai pahlawan kesiangan. Kondisi ini mudah terjadi dalam masyarakat paternalistik. Latah-iya adalah wujud yang sering mengemuka.Â
Unsur yang paling menarik, menurut saya, adalah O2 (origin and ownership). Keakuan dan pengakuan. Pengertian sederhana tentang keakuan yang berkaitan dengan orisinalitas atau asal usul adalah kemampuan seseorang atas kendali dirinya.Â
Sementara itu, pengakuan adalah bagian dari proses eksternalisasi diri dalam pola interaksi sosial tertentu. Faktor daya jangkau (rich) dan ketahanan diri (endurance) atas masalah yang dihadapi  pada masing-masing orang berbeda.Â