Selayang pandang Saya sangat tergelitik mengamati tulisan Pak Bert T. Polii di Kolom Hobi Kompasiana ini. Sebagai pemain senior dan nasional, beliau sangat intens mendorongan kemajuan teknik dan konvensi permainan bridge bagi pendatang baru (novice) dan pemula (beginner) di cabang olahraga otak ini. Karena itu, saya ingin menambahkan beberapa hal kecil untuk melengkapi tulisan beliau. Tulisan yang berkaitan bisa dibaca di : http://gabmenkbm.blogspot.com/ Semoga bermanfaat.
PENGENALAN
Jembatan adalah sarana yang menghubungkan dua sisi berbeda dan biasanya membentang di atas celah. Antara dua sisi sungai, laut, danau atau wilayah tertentu. Jika sisi itu adalah kita, umat manusia yang punya cita, rasa, karsa dan aspek kemanusiaan lainnya yang khas, bagaimana bentuk jembatannya ? Masih dengan pengandaian, calon pasangan suami dan istri berpadu asa dan daya untuk membina kehidupan rumah tangga yang disepakati bersama di antara kedua orang itu dalam menggapai masa depan yang diidamkan.
Gambaran itulah yang selalu terjadi dalam permainan “jembatan cerdas” atau contract bridge yang biasa disebut bridge saja. Bagi yang masih awam, bridge nampak seperti bermain kartu biasa. Mungkin karena memakai alat bantu (media bermain) yang sama dengan remi, cangkulan dan yang cukup dekat dengan pola permainan bridge yaitu truf atau troefen. Memang tidak salah anggapan seperti itu, tapi perlu diluruskan.
Kartu Bridge sama persis dengan kartu remi tanpa 2 joker . Di dalamnya ada 4 warna : daun ( - Spade), Hati (Heart -
Permainan bridge harus dilakukan sedikitnya oleh 2 pasang pemain atau 4 orang. Setiap pasangan duduk berhadapan. Misalnya: Utara (U) berpasangan dengan Selatan (S) dan Timur (T)berpasangan dengan Barat (B). Jika disederhanakan menjadi: U-S vs T-B. Setelah pemain, meja dan kartu tersedia, mari kita lihat lebih dalam permainan bridge yang sebenarnya. Inti permainan bridge adalah proses penawaran (bidding/call) dan proses permainan (playing cards).
Dalam proses penawaran ada aturan dasar yaitu penggunaan sistem penawaran (bidding system). Ada beragam sistem penawaran yang biasa digunakan dalam pertandingan bridge, tapi pada umumnya berdasarkan 2 kriteria dasar: nilai dan/atau distribusi (faktor keterbagian) kartu yang dipegang oleh masing-masing pasangan. Pada permainan bridge modern, cara menghitung nilai kartu adalah dengan menjumlahkan nilai dari kartu-kartu raja (High Card Points atau disingkat HCP). Dasarnya, Ace (A) = 4; King (K) = 3; Queen(Q) = 2 dan Jack(J) = 1. Jadi, dalam setiap warna ada 10HCP ( 4 + 3 + 2 + 1 ). Total nilai dalam satu set kartu bridge = 40HCP ( 4 x 10). Selain nilai kartu raja, ada juga nilai distribusi kartu yang perhitungannya berdasar jumlah tambahan lembar kartu yang dipegang dari jumlah lembar minimum sebanyak 4.
Contoh:
- Pegangan kartu warna
1362968500316665864
- Pegangan kartu warna
1362968536739547128
- Pegangan kartu warna
1362968575218414252
- Pegangan kartu warna
1362968605881987215
Masih ada tambahan nilai kartu distribusi berdasarkan kontrak warna pemukul (trump suit) tertentu. Jika tidak memegang 1 lembar-pun (void) di luar trump suit, jumlah nilainya bertambah 4. Jika hanya memegang 1 lembar ( singleton) bertambah 2 dan jika 2 lembar (doubleton) bertambah 1. Perhitungan tambahan nilai ini tidak berlaku untuk kontrak tanpa warna pemukul ( no trump ). Jadi, berhati-hatilah dalam menghitung nilai kartu. Untuk pemula sangat disarankan memakai dasar perhitungan nilai kartu raja saja. Karena itu, perhatikan dan selalu mengingat pola distribusi itu tergolong seimbang (balanced hand) atau agak seimbang (semi balanced hand) atau acak.
1.Pegangan dengan pola sebaran (distribusi) seimbang umumnya adalah :
·4 – 4 – 3 – 2
·4 – 3 – 3 – 3
·5 – 3 – 3 – 2
1.Dan yang agak seimbang : 5 – 4 – 2 – 2
Selain kedua pola sebaran kartu di atas, biasanya dianggap acak atau cenderung mengikuti pola warna tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H