Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerita Misteri) Isyarat Berkabut - Bagian Keempat

13 Oktober 2018   01:22 Diperbarui: 13 Oktober 2018   01:28 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lagi pegal kaki  hilang sehabis perjalanan semalam. Perintah kembali ke medan tempur harus segera diikuti. Kali ini aku dipinjami pistol sang komandan sebagai tanda mewakilinya. Perjalanan harus cepat baik saat berangkat maupun kembali. Bersama dua teman yang sangat mengenal medan, langkah kaki ini sedikit lebih ringan. 

Di sepanjang jalan yang kami lalui, banyak sekali bangunan rumah porak poranda. Sisa terbakar atau diterjang tank dan senjata berat semacam kanon. Ngeri melihat desa dan dusun yang tenang dengan segala kesederhanaanya, hancur berantakan. Harga yang tiada ternilai untuk tegak dan berlangsungnya kemerdekaan. 

***

Awan gelap menggantung langit di sepanjang batas pandang. Mentari kian tenggelam di ujung senja. Semburat warna jingga di antara mendung yang terus berkejaran. Tak seberapa lama, petir menyambar sebidang sawah yang memerah darah para syuhada dalam pembantaian semalam. 

Pasukan kecil Anggoro telah melapor kedatangannya kepada Letnan Dimjatie, komandan Tentara RI di Front Barat, Gombong Selatan. Malam itu banyak cahaya obor di seberang persawahan. Kata Lurah setempat yang mendampingi sang letnan, ada kebiasaan masyarakat lokal yang mencari belut dan sejenis jangkrik di suasana malam seperti ini.

Bagi Anggoro, penjelasan lurah tidak masuk akal. Sawah itu masih digenangi air dari semalam dan bercampur darah. Hujan lebat pertama di akhir musim kemarau. Jangkrik atau gangsir belum saatnya muncul. Apalagi belut dan ikan. 

Entah bagaimana mana ceritnya, hampir bersamaan dengan kedatangan pasukan Anggoro, hadir pasukan Perpis pimpinan Maulwi. Di antara mereka ada Joko, penyelamat Juki. Ia, katanya, ditemukan oleh Linus. Pemuda Kalimantan keturunan suku Dayak ini punya kelebihan mengendus. Konon bawaan lahir untuk bekal survival. 

Setelah peristiwa semalam, kekuatan pasukan perjuangan memang tercerai berai. Namun, kegigihan sang letnan dan kedekatan dengan sejumlah penduduk sekitar Desa Sidobunder yang telah direkrut tiga bulan terakhir membuat anggota pasukan tadi secara berantai nampak bersatu dalam kesatuan baru dari beragam asal. Letnan Dimjatie memilih Ahmad dari Desa Sugihwaras sebagai kordinasi para penghubung pasukan (kurir). 

Joko Juki memutuskan diri bergabung dengan Perpis bersama Herman, Linus, Losung, La Indi, La Sinrang dan lainnya. Pasukan gado- gado ini ditempatkan di posisi tak jauh dari pintu masuk ke Desa Sidobunder. Pengalaman semalam diceritakan Joko kepada Maulwi dan anggotanya. Juki yang dibawa Joko sudah berfungsi lagi karena tangan cekatan seorang anggota TGP (Tentara Genie Pelajar) yang ada di rombongan Anggoro. 

***

Hujan lebat disertai petir yang seolah tak ingin berhenti menyambar, tak menyurutkan langkah pergerakan pasukan memperkuat pertahanannya. Kasus "jagung rebus" semalam telah menyebar dan meningkatkan waspada. Para komandan pasukan telah memerintahkan anggotanya menolak segala tawaran ransum. Kecuali yang dibawa kurir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun