Ditengah pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia, Presiden Jokowi memberikan himbauan kepada masyarakat Indonesia untuk melakukan pekerjaan dan belajar dari rumah (work from home) sebagai salah satu upaya untuk melakukan pencegahan penyebaran virus. Tentu tidak semua rakyat Indonesia dapat melakukan pekerjaan dari rumah.Â
Bagaimana mungkin saudara kita yang berprofesi sebagai petani, pegawai pabrik, pegawai bangunan, dan profesi lainnya yang membutuhkan kehadiran fisik dapat melakukan pekerjaan dari rumah? So, dalam tulisan ini tidak akan membahas terkait saudara kita yang belum dapat melaksanakan himbauan Bapak Presiden untuk ber- work from home.
Setiap insan manusia, sudah barang tentu memiliki keinginan dan kebutuhan. Dua hal yang yang terkadang sebagian masyarakat belum dapat membedakannya. Apakah semua keinginan itu merupakan kebutuhan?Â
Menurut beberapa referensi yang saya baca, keinginan merupakan segala kebutuhan lebih terhadap barang maupun jasa yang ingin dipenuhi oleh setiap orang terhadap sesuatu yang dianggap masih kurang, sedangkan kebutuhan merupakan semua barang maupun jasa yang diperlukan seseorang guna menunjang segala aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap keinginan belum tentu merupakan kebutuhan. Kebutuhan sebagai sebuah kenicayaan dalam pemenuhannya terkadang menjadi asbab terjadinya hutang.
Dalam kacamata syariat islam, hutang merupakan kewajiban yang harus ditunaikan kepada pihak piutang. Dalam istilah sederhananya, hutang merupakan janji. Janji itu dapat berwujud apa saja, bisa materi maupun non materi, bisa berwujud jasa maupun benda ataupun yang lainnya.Â
Bagi sebagian yang memiliki profesi yang berkaitan dengan dunia tulis menulis, salah satu bentuk hutangnya adalah karya tulisan yang belum terselesaikan. Sebagaimana yang dialami George R.R Martin seorang penulis berusia 71 tahun, yang telah menyelesaikan tulisan seri terbarunya dengan judul "Game of Thrones" dengan tajuk "The Winds Winter" merupakan hasil melakukan isolasi diri saat COVID-19 melanda Amerika Serikat.Â
Semestinya novel tersebut selesai pada tahun 2015, tapi nyatanya hingga 2019 novel tersebut belum muncul di rak toko buku yang sudah barang tentu banyak dinanti oleh para penikmatnya. Hasil isolasi diri akibat pandemi COVID-19 memberikan keuntungan bagi seorang Martin hingga dapat menunaikan "hutang" karya miliknya yang telah ditunggu banyak orang.
Pengalaman serupa dengan George R.R Martin tentu masih banyak lagi kalau mau diungkap. Bagi Bapak/Ibu yang berprofesi sebagai pendidik baik itu guru maupun dosen, menghasilkan karya tulis yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik maupun masyarakat umum pun menjadi sebuah keinginan yang sebagian besar belum kesampaian. Bisa jadi karya-karya tadi merupakan "hutang" yang semestinya Bapak/Ibu tunaikan saat memilih profesi guru maupun dosen.Â
Oleh karena itu, melalui momentum isolasi diri sebagaimana himbauan pemerintah, ayo mari kita optimalkan waktu yang kita miliki untuk mengaktualisasikan diri kita melalu karya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum sekaligus menunaikan "hutang" profesi selain memanfaatkannya untuk bercengkerama dengan keluarga tercinta.Â
Jadikan momentum isolasi diri sebagai momen berharga yang bisa jadi akan kita alami hanya sekali dalam seumur hidup, bukan untuk meratapi ketentuan Sang Ilahi Rabbi. Apapun yang kita alami saat ini harus senantiasa disyukuri. So, jadikan "isolasi diri" sebagai momentum untuk melunasi "hutang pribadi". Mudah-mudahan Alloh Sang Pemilik Alam Semesta senantiasa memberikan keberkahan kepada kita semua. Aamiin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H