Setelah sekian lama hanya jalan seputaran jonggol, cianjur, cipanas, maka hari Jumat malam kemarin, tetap dengan team (sebenarnya kawan jalan he..he..) kita berangkat ke Ujung Genteng, 2 motor, saya naik PZZO dan kawan saya naik MIO.
Rencana sebenarnya berangkat jam 12 malam hari Jumat tangga 14 Oktober, tapi karena temen ketiduran akhirnya berangkat jam 01.30, molor satu setengah jam. Berangkat kita dari Bojong Kulur langsung menuju ke bogor melalui jalur cibubur-cibinong-bogor-ciawi. Kemudian di Sukabumi ambil ke kanan melalui jalur biasa menuju ke Pelabuhan Ratu. Setelah menembus dinginnya malam, di temani bulan yang jernih jam 4.20 subuh memasuki wilayah Bojonggalih, dan karena kantuk yang tak tertahan, akhirnya kita putuskan istirahat sejenak, sambil menyeruput secangkir kopi.
Setelah istirahat secukupnya kita langsung melanjutkan perjalanan ke arah ujung genteng yang berjarak sekitar 77 kilometer dari pertigaan jalan raya Pelabuhan Ratu. Jalan ini cukup menantang karena penuh kelokan di tambah dengan banyaknya kerikil bekas tambalan aspal. Jam setengan pagi berhenti sebentar di kebun teh Kiara Dua, udara cukup dingin dengan angin yang lumayan kencang. Setelah foto-foto secukupnya akhirnya melanjutkan perjalanan dengan jalanan berkelak-kelok yang seperti ga ada habisnya.
Dan akhirnya jam setengah delapan pagi kita tiba di Ujung Genteng, di sambut keramaian pagi nelayan pulang melaut, dan karena masih ngantuk akhirnya saya cari tempat untuk bersandar dan memejamkan mata sejenak, karena memang sebelumnya ga sempat tidur. Akhirnya kita mau memanjakan perut, kita cari warung yang bisa bakar ikan, dan sambil nunggu bakar ikan dan masak nasi, kita nikmati sepoi angin pantai pagi sambil ngobrol-ngobrol dengan warga setempat yang memperkenalkan diri sebagai abah Ibrahim, yang menurut pengakuannya sudah berumur 84 tahun, tapi masih tampak sehat. Sambil dia cerita kalau waktu dia muda, di ujung genteng masih banyak banteng yang kelihatan. Tapi begitu menjadi ramai dan hutan juga sudah tidak ada, maka hewan-heawan besar itu juga menghilang. Setelah makan siang ikan bakar, akhirnya kita melanjutkan perjalanan ke Curug Cikaso, yang terletak di wilayah Surade, jadi kita balik arah lagi ke arah Surade.
Dari Surade jaraknya masuk kedalam 8 Kilometer akhirnya kita sampai di curuk Cikaso, dimana untuk mencapainya harus naik perahu atau jalan kaki sejauh 500 meter menyusuri sawah. Dan ternyata curugnya dalam keadaan kering karena di daerah ini belum turun hujan. Akhirnya kita nikmati suasana dengan minum kelapa muda yang cukup segar disiang yang panas. Jam 12 siang hari Sabtu kita berangkat lagi ke arah pulang, tetapi dengan jalur yang bebeda, yaitu kita lewat kebun teh Tugu / Cimenteng yang sebelumnya kita sama sekali belum pernah lewat atau dapat informasi seperti apa jalannya. Tapi kita memang tidak ada target waktu dan rute, maka kita ambil saja jalur tesebut.
Dan ternyata jalur ini sangat menantang dengan kelokan-kelokan yang cukup memacu adrenalin. Tepat jam 1 siang kita mampir sejenak dedepan papan nama perkebunan teh Cimenteng. Kemudian kita lanjutkan perjalanan ke arah sukabumi, dengan rencana rute nanti langsung ke arah Cianjur di lanjutkan ke Jonggol. Jam 4.40 sore kita memasuki kota Cianjur dan tanpa berhenti lagi, langsung melanjutkan perjalan ke arah Jonggol, yang walaupun jalannya sudah bagus, tapi karena kita juga sudah lelah akhirnya perjalanan kita nikmati dengan santai saja, sambil di temani senja dan angin dingin pegunungan. Dan akhirnya tepat jam 8 malam saya bisa berhenti di rumah dengan selamat dengan membawa oleh-oleh pemandangan alam yang luar biasa disertai sedikit kaki keram :) dan jarak di Spido PZZO menunjukan jarak tempuh 530 Kilometer. Kapan lagi ya???( foto-foto di FB : http://www.facebook.com/media/set/?set=a.10150368778241812.378756.538386811&type=1&l=572f671e36 )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya