Pemaknaan santri melekat pada komunitas bersarung yang menuntut ilmu atau pendidikan agama Islam di pondok-pondok pesantren dengan menetap di dalamnya.
Awalnya pondok pesantren adalah tempat, bilik-bilik untuk mengaji bagi para santri. Ada santri dan kiai atau nyai sebagai guru dan panutannya.
Diponpes, santri tidak hanya diajarkan ilmu agama Islam dengan ketat dan penuh disiplin. Melainkan adab, akhlak, sopan santun termasuk juga diajarkan berbagai ilmu kanuragan.
Makanya ada istilah santri kalong yang selalu berpindah-pindah pesantren dan guru. Juga, pesantren ilmu hikmah yang khusus menggembleng santrinya dengan berbagai olah kanuragan ataupun olah bathin.
Artinya, konten pendidikan di pesantren sejak dulu memang beragam tak melulu ilmu agama Islam saja.
Kontek Santri Kekinian.
Kalau dulu perjuangan ulama, kiai, nyai dan santri dengan menggunakan senjata atau bambu runcing untuk mengusir penjajah. Ada laskar-laskar semisal laskar hisbullah dibawah komando KH. Hasyim As'ary dan laskar sabilillah di bawah komando KH. Masykur.
Resolusi jihad di era modern, digital dan milenial seperti saat ini diarahkan pada upaya multidimensi dari kiprah dan peran santri dengan segenap komponen pesantren dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara Indonesia.
Santri harus menjadi pemersatu dan mengokohkan eksistensi identitas bangsa. Distribusi santri pada segenap wilayah publik perlu dimaksimalkan mengingat santri merupakan entitas yang sudah teruji militansi, dedikasi dan daya juangnya.
Santri harus tampil menjadi presiden, menteri, legislator, senator, gubernur, bupati, wali kota, kades, tentara, polisi, budayawan, akuntan, jaksa, hakim, advokat pembela kebenaran dan lain sebagainya.
Sepintas Profil Santri.