Kenapa susah mendapatkan pekerjaan? “Ah, nggak ada koneksi, tidak punya uang untuk nyogok orang dalam.” Pernyataan inilah yang sering diucapkan oleh para pelamar yang gagal memasuki bursa tenaga kerja idaman.
Pernyataan atau pendapat para pencari lowongan pekerjaan itu bisa benar atau tidak tepat (salah). Konon, para pelamar yang melamar ke lembaga-lembaga pemerintahan harus menyediakan sejumlah uang. Akan tetapi, kita belum pernah mendengarkan hasil survei untuk membenarkan pernyataan itu : apakah orang yang inginmenjadi pegawai negeri harus menyogok? Menyogok siapa?
Menurut beberapa sumber, orang dalam yang menerima sogokan itu tidak megurus agar calon PNS (pegawai negeri sipil) agar berhasil masuk. Jika calon PNS itu kebetulan lulus tes masuk maka penerima uang sogok itu beruntung karena mendapatkan sejumlah uang. Namun, orang dalam itu akan mengatakan bahwa kelulusan calonPNS itu berkat jasanya.
Bagaimana dengan swasta? Perusahaan swasta pada umumnya tidak memilki ketentuan/kriteria yang berbeda-beda dalam proses penerimaan calon pekerja. Pada tahun 1990-an, syarat penerimaan calon pegawai cukup sederhana : pelamar memiliki indeks prestasi minimal 2.7, mampu berbahasa Inggris (lisan dan tertulis), dan bisa mengoperasikan program tertentu (komputer). Sekarang? Persyaratan semakin ketat dan kompleks? IPK pelamar misalnya minimal 3,5 dan harus lulus tes, psikotes, interview, dan sebagainya.
Jenjang pendidikan anak-anak muda sekarang semakin tinggi dan mempunyai keterampilan yang bervariasi dibanding dengan keadaan tahun 1970-an hingga tahun 1990-an. Akan tetapi, kenapa anak-anak muda semakin susah mendapatkan pekerjaan? Masalahnya bukan hanya terdapat dalam diri pelamar. Persaingan bisnis antarperusahaan swasta nasional/BUMN (Badan Usaha Milik Negara) makin ketat.
Perusahaan-perusahaan dalam negeri juga harus menghadapi perang bisnis dengan perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi—langsung dan tidak langsung—di Indonesia. Salah satu cara menghadapi persaingan ketat perusahaan melakukan efisiensi ketat misalnya dengan menggunakan tenaga out sourcing yang upahnya lebih rendah dibanding pegawai tetap. Model bisnis perusahaan sekarang ini banyak berubah sesuai dengan perubahan yang ditimbulkan era globalisasi dan perkembangan teknologi informasi.
Oleh karena itu, para pelamar pekerjaan harus membuat semacam matriks yang menghubungkan kompetensinya dengan posisi serta peluang yang akan ditempuhnya. Para pelamar pekerjaan harus mempunyai strategi untuk mendapat pekerjaan idaman.
Dengan demikian, pelamar pekerjaan akan mengetahui kondisi diri yang sebenarnya : “Apakah saya memiliki potensi dan kompetensi sesuai kebutuhan perusahaan itu?”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H