Sore semua!
Sebelumnya saya banyak membaca artikel-artikel dari teman Kompasianer yang membahas politik. Jujur pusing juga lama-lama. Akhirnya saya memutuskan untuk istirahat sejenak. Keluar dari zona politik, saya mau berbagi sedikit zona tempat liburan. Meskipun ini belum saatnya liburan, tapi mana tau bisa jadi pilihan tempat liburan yang ingin para kompasianer kunjungi. Ditemani kopi hangat saya akan berbagi sedikit cerita tentang salah satu tempat wisata yang recommended untuk kita kunjungi. Check it out!
Jika sudah bosan dengan Kuta, Denpasar dan Nusa Dua, kenapa tidak mencoba Desa Petulu? Bali memang menjanjikan berbagai keindahan, tetapi ada yang lain di desa yang tak jauh dari jantung Ubud ini. Disini, Kita terutama yang suka fotografi, jangan sia-siakan iring-iringan burung bangau alias little egret (Egrentta garzetta) yang setiap petang kembali ke pohon-pohon tipis di langit sore.
Bagi warga Petulu, burung ini lebih dikenal sebagai kokoan. Aktivitas mengamati kepergian atau kedatangannya merupakan favorit para pejalan asing dan domestik, bahkan lebih dari 20 tahun lampau. Masyarakat lokal meyakini burung-burung ini sebagai pengawal Dewa Ida Bharata. Itu sebab kokokan sangat dihormati, sehingga tak ada yang berani mengganggu keberadaannya. Apalagi memanfaatkannya sebagai komoditi makanan atau hewan piaraan.
Konon, burng kokokan pertama kali mendarat di Petulu pada 1965, beberapa saat setelah warga desa meggelar upacara adat dalam lingkaran pura. Mereka meyakini burung-burung putih berparuh kuning atau hitam itu kiriman Dewata. Untuk itu digelarlah seremoni pamagpag serta pendirian patung suci (pelinggih) bernama Ida Ratu Kokokan. Uniknya, setelah pelinggih rampung, makin banyak kokokan yang singgah dan berimigrasi di Petulu.
Pengalaman rekreasi ke Petulu bisa diperkaya dengan bersepeda menyusur mulai dai Jalan Raya Ubud. Ketika kaki mengayuh menuju pura desa, pandangan mata akan disuguhi pepohonan menjulang menaungi kepala. Sesekali, helai-helai bulu warna putih kokokan berjatuhan. Kehadiran burung ni bisa dinikmati sebelum pukul sembilan pagi (sebelum mereka mencari makan) dan sesudah pukul lima sore (ketika mereka kembali ke sarang).
Penduduk menyediakan beberapa pondok di tengah sawah bagi wisatawan yang ingin mengabadikannya, lengkap dengan berbagai bacaan dwibahasa tentang burung ini dan binokular yang bisa disewa. Kalau wisatawan dari Jepang dan Korea saja mau jauh-jauh datang kesini, kenapa Anda tidak?
Untuk ke Petulu, Kita tentu harus singgah lebih dulu di Denpasar. Ada penerbangan full service, ada pula penerbangan budget ke sini. Perjalan dari Denpasar ke Ubud, hanya makan waktu satu jam. Dari Ubud, Kita selanjutnya bisa menyewa sepeda ke Ptulu. Ongkosnya hanya Rp.10.000,-/hari/sepeda. Saat terbaik mengamati burung kokokan adalah sekitae Oktober sampai Maret. Disana ada penginapan, mulai dari rate Rp.250.000,-.
Salam Kompasiana!
Toras Lubis, 18/03/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H