[caption id="attachment_316369" align="aligncenter" width="459" caption="Boediono, Foto : www.antaranews.com"][/caption]
Semalam di salah satu televisi swasta kita menampilkan acara yang sangat bagus menurut saya. Kali ini tamu yang diundang adalah wakil presiden Indonesia, Pak Boediono. Acaranya sangat menarik untuk ditonton. Dimana beberapa pertanyaan yang diutarakan oleh pembawa acara dijawab santai oleh Boediono. Dalam acara ini juga dihadirkan anak boediono yang membacakan sepenggal puisi yang sangat menyentuh buat saya. Dan pada akhir acara pembawa acara juga membacakan beberapa penggal ulasan atau bisa juga disebut sejenis puisi tentang Pak Boediono. Kira-kira seperti dibawah ini :
Pak Boed lama
bersama kekuasaan
Didalam makna lain telah memberi
pengabdian
Dia mungkin
Contoh yang sempurna
Pejabat nonpolotik
Yang relatif diterima
Sebagai wapres
Dia tahu diri
Berada digelanggang
Sebagai pengganti
Kini dia menjadi
Samsak amuk politik
Akibat bank gagal
Berdampak sistemik
Ada yang menudingnya
Miskin terobosan
Hanya karena
Pak Boed Taat aturan
Dia bukan bintang
Liputan media
Meski bukan berarti
Sedikit bekerja
Berwibawa
Tanpa banyak kata
Berkuasa namun
Terap hidup sederhana
Dia teknorat
Yang santun
Dalam batasan
Menyeimbangkan peran
dan atasan
Bekerja dalam dingin
Rasionalitas angka
Paham distorsi
Pasar dan negara
Pak Boed terpuji
karena laku sederhana
merintis jalan negeri
sejahtera
meski ia tak sepenuhnya berkuasa
Dalam kecamuk
Belenggu para politisi
Boediono contoh pekerja
yang memilih sunyi
Beberapa penggal kalimat atau puisi diatas membuat hati saya sangat tersentuh. Apa karena isinya atau karena intonasi pembawa acara saat membacakannya yang begitu bagus.
Pak Boed lama bersama kekuasaan. Didalam makna lain telah memberi pengabdian.
Tinggal beberapa bulan lagi, Beliau akan meninggalkan kursi wapresnya.
Dia mungkin contoh yang sempurna. Pejabat nonpolotik yang relatif diterima.
Meskipun Beliau bukan berasal dari partai politik manapun tapi beliau memang sudah terbukti diterima oleh rakyat.
Sebagai wapres dia tahu diri. Berada digelanggang sebagai pengganti.
Sadar akan posisinya sebagai wakil presiden membuat beliau tidak kerap ingin tampil seperti layaknya super hero. Beliau sadar statusnya hanya sebagai yang kedua setelah yang pertama adalah presiden.
Kini dia menjadi samsak amuk politik. Akibat bank gagal berdampak sistemik.
Mungkin kita sudah tahu tentang bank century. Yang sampai sekarang kasusnya belum jelas mau dibawa kearah mana. Hal ini membuat para pelaku politik mem-bom bardir beliau padahal kasusnya saja belum jelas-jelas membuktikan kalau Boediono dibalik dalang semua ini. Miris.
Ada yang menudingnya miskin terobosan. Hanya karena Pak Boed taat aturan.
Rakyat Indonesia memang serba salah. Disaat ada orang yang tampil dengan banyak terobosan kadang dinilai salah atau over. Disaat ada orang yang tidak terlalu mempunyai terobosan, salah juga. Terobosan memang penting, tapi lebih penting lagi kalau menjalankan dengan benar apa yang sudah ada atau yang sudah berjalan. Mungkin ini yang Beliau pikirkan.
Dia bukan bintang liputan media. Meski bukan berarti sedikit bekerja.
Kadang suka risih ketika ada segelintir warga yang bilang "kita punya wakil presiden ga sih? Ko' ga pernah keliatan batang hidungnya? Kerja ga sih dia? Kerja dong!". Celotehan seperti ini kerap saya dengar dilingkungan umum. Mereka yang bilang seperti ini apa tidak bisa mikir ya? Tidak semua orang mau mem-publish apa yang dikerjakannya. Sering saya menjawab, kalau mau tau pekerjaan Beliau, cari tahu sendiri schedule-nya. Jangan cuma bisa menilai orang saja lewat media apalagi televisi.
Berwibawa tanpa banyak kata. Berkuasa namun tetap hidup sederhana.
Beliau memang sangat identik dengan kalimat itu. Mungkin ini ciri khas beliau yang tidak banyak omong. Walaupun beliau orang nomor 2 dinegeri ini, Beliau tidak lupa akan dirinya siapa. Kata istri beliau, beliau masih seperti yang dulu. Sosok yang sederhana.
Dia teknorat yang santun dalam batasan. Menyeimbangkan peran dan atasan.
Benar adanya akan kalimat diatas. Perannya sebagai wakil presiden benar-benar sangat dijalankan. Tanpa harus mendahului atasannya sendiri (presiden). Beliau sangat pandai memilah dan memilih mana yang harus dikerjakannya dan mana yang tidak boleh dikerjakannya.
Bekerja dalam dingin. Rasionalitas angka. Paham distorsi pasar dan negara.
Kalimat diatas menjelaskan ke kita kalau Beliau benar-benar bekerja. Tidak seperti penilain orang-orang diluar sana yang hanya bisa cuap-cuap tidak jelas tentang kerja beliau.
Pak Boed terpuji karena laku sederhana. Merintis jalan negeri sejahtera. Meski ia tak sepenuhnya berkuasa.
Perilaku sederhana beliau mampu merintis negeri kita juga dalam diamnya beliau. Walaupun beliau bukan presiden, tapi tanpa kita tahu beliau sudah banyak memberi pengabdiannya.
Dalam kecamuk belenggu para politisi. Boediono contoh pekerja yang memilih sunyi.
Sekarang beliau menjadi bulan-bulanan para politisi yang haus akan kekuasaan dan punya ambisi menjatuhkan. Namun, beliau tetap kuat ditemani oleh keluarga yang memberi semangat. Dalam lima tahun ini beliau merupakan wakil presiden kita yang bekerja dengan sepenuhnya bekerja tanpa banyak bicara.
Kelak, kita akan mengingat beliau. Mungkin sekarang banyak orang yang menilai negatif tentang beliau. Tapi setelah beliau sudah tidak berperan seperti sekarang, baru orang-orang mengingat beliau. Sama seperti yang terjadi kepada Soeharto, disaat beliau memimpin Indonesia. Banyak hujatan yang keluar. Bahkan presiden ini dipaksa turun dari jabatannya. Tapi setelah beliau sudah tidak ada, baru rakyat pada bilang "jaman soeharto itu lebih enak daripada jaman sekarang". Begitu juga waktu masa pemerintahan B.J Habibie, banyak orang yang menilai negatif terhadap beliau karena melepas Timor Timur. Berbagai hujatan juga ditujukan kepada beliau. Tapi setelah Beliau tidak menjabat lagi, baru pada bilang "coba Habibie jadi presiden lagi". Sebagian rakyat Indonesia selalu menilai seseorang dari sisi negatifnya dulu tanpa memikirkan kalau orang tersebut mempunyai sisi positif. Mungkin inilah yang akan terjadi pada beliau Pak Boediono. Sekarang dinilai negatif, nanti baru dinilai positif.
Salam Kompasiana!
Toras Lubis, 20/03/2014
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI