Mohon tunggu...
Toras Lubis
Toras Lubis Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mengungkapkan apa yang dirasakan dan dilihat oleh mata dalam kehidupan sehari-hari melalui sebuah "tulisan" yang semoga berguna bagi setiap kalangan. :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Di Balik Diamnya Boediono

20 Maret 2014   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:42 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1395302062465613020

[caption id="attachment_316369" align="aligncenter" width="459" caption="Boediono, Foto : www.antaranews.com"][/caption]

Semalam di salah satu televisi swasta kita menampilkan acara yang sangat bagus menurut saya. Kali ini tamu yang diundang adalah wakil presiden Indonesia, Pak Boediono. Acaranya sangat menarik untuk ditonton. Dimana beberapa pertanyaan yang diutarakan oleh pembawa acara dijawab santai oleh Boediono. Dalam acara ini juga dihadirkan anak boediono yang membacakan sepenggal puisi yang sangat menyentuh buat saya. Dan pada akhir acara pembawa acara juga membacakan beberapa penggal ulasan atau bisa juga disebut sejenis puisi tentang Pak Boediono. Kira-kira seperti dibawah ini :

Pak Boed lama

bersama kekuasaan

Didalam makna lain telah memberi

pengabdian

Dia mungkin

Contoh yang sempurna

Pejabat nonpolotik

Yang relatif diterima

Sebagai wapres

Dia tahu diri

Berada digelanggang

Sebagai pengganti

Kini dia menjadi

Samsak amuk politik

Akibat bank gagal

Berdampak sistemik

Ada yang menudingnya

Miskin terobosan

Hanya karena

Pak Boed Taat aturan

Dia bukan bintang

Liputan media

Meski bukan berarti

Sedikit bekerja

Berwibawa

Tanpa banyak kata

Berkuasa namun

Terap hidup sederhana

Dia teknorat

Yang santun

Dalam batasan

Menyeimbangkan peran

dan atasan

Bekerja dalam dingin

Rasionalitas angka

Paham distorsi

Pasar dan negara

Pak Boed terpuji

karena laku sederhana

merintis jalan negeri

sejahtera

meski ia tak sepenuhnya berkuasa

Dalam kecamuk

Belenggu para politisi

Boediono contoh pekerja

yang memilih sunyi

Beberapa penggal kalimat atau puisi diatas membuat hati saya sangat tersentuh. Apa karena isinya atau karena intonasi pembawa acara saat membacakannya yang begitu bagus.

Pak Boed lama bersama kekuasaan. Didalam makna lain telah memberi pengabdian.

Tinggal beberapa bulan lagi, Beliau akan meninggalkan kursi wapresnya.

Dia mungkin contoh yang sempurna. Pejabat nonpolotik yang relatif diterima.

Meskipun Beliau bukan berasal dari partai politik manapun tapi beliau memang sudah terbukti diterima oleh rakyat.

Sebagai wapres dia tahu diri. Berada digelanggang sebagai pengganti.

Sadar akan posisinya sebagai wakil presiden membuat beliau tidak kerap ingin tampil seperti layaknya super hero. Beliau sadar statusnya hanya sebagai yang kedua setelah yang pertama adalah presiden.

Kini dia menjadi samsak amuk politik. Akibat bank gagal berdampak sistemik.

Mungkin kita sudah tahu tentang bank century. Yang sampai sekarang kasusnya belum jelas mau dibawa kearah mana. Hal ini membuat para pelaku politik mem-bom bardir beliau padahal kasusnya saja belum jelas-jelas membuktikan kalau Boediono dibalik dalang semua ini. Miris.

Ada yang menudingnya miskin terobosan. Hanya karena Pak Boed taat aturan.

Rakyat Indonesia memang serba salah. Disaat ada orang yang tampil dengan banyak terobosan kadang dinilai salah atau over. Disaat ada orang yang tidak terlalu mempunyai terobosan, salah juga. Terobosan memang penting, tapi lebih penting lagi kalau menjalankan dengan benar apa yang sudah ada atau yang sudah berjalan. Mungkin ini yang Beliau pikirkan.

Dia bukan bintang liputan media. Meski bukan berarti sedikit bekerja.

Kadang suka risih ketika ada segelintir warga yang bilang "kita punya wakil presiden ga sih? Ko' ga pernah keliatan batang hidungnya? Kerja ga sih dia? Kerja dong!". Celotehan seperti ini kerap saya dengar dilingkungan umum. Mereka yang bilang seperti ini apa tidak bisa mikir ya? Tidak semua orang mau mem-publish apa yang dikerjakannya. Sering saya menjawab, kalau mau tau pekerjaan Beliau, cari tahu sendiri schedule-nya.  Jangan cuma bisa menilai orang saja lewat media apalagi televisi.

Berwibawa tanpa banyak kata. Berkuasa namun tetap hidup sederhana.

Beliau memang sangat identik dengan kalimat itu. Mungkin ini ciri khas beliau yang tidak banyak omong. Walaupun beliau orang nomor 2 dinegeri ini, Beliau tidak lupa akan dirinya siapa. Kata istri beliau, beliau masih seperti yang dulu. Sosok  yang sederhana.

Dia teknorat yang santun dalam batasan. Menyeimbangkan peran dan atasan.

Benar adanya akan kalimat diatas. Perannya sebagai wakil presiden benar-benar sangat dijalankan. Tanpa harus mendahului atasannya sendiri (presiden). Beliau sangat pandai memilah dan memilih mana yang harus dikerjakannya dan mana yang tidak boleh dikerjakannya.

Bekerja dalam dingin. Rasionalitas angka. Paham distorsi pasar dan negara.

Kalimat diatas menjelaskan ke kita kalau Beliau benar-benar bekerja. Tidak seperti penilain orang-orang diluar sana yang hanya bisa cuap-cuap tidak jelas tentang kerja beliau.

Pak Boed terpuji karena laku sederhana. Merintis jalan negeri sejahtera. Meski ia tak sepenuhnya berkuasa.

Perilaku sederhana beliau mampu merintis negeri kita juga dalam diamnya beliau. Walaupun beliau bukan presiden, tapi tanpa kita tahu beliau sudah banyak memberi pengabdiannya.

Dalam kecamuk belenggu para politisi. Boediono contoh pekerja yang memilih sunyi.

Sekarang beliau menjadi bulan-bulanan para politisi yang haus akan kekuasaan dan punya ambisi menjatuhkan. Namun, beliau tetap kuat ditemani oleh keluarga yang memberi semangat. Dalam lima tahun ini beliau merupakan wakil presiden kita yang bekerja dengan sepenuhnya bekerja tanpa banyak bicara.

Kelak, kita akan mengingat beliau. Mungkin sekarang banyak orang yang menilai negatif tentang beliau. Tapi setelah beliau sudah tidak berperan seperti sekarang, baru orang-orang mengingat beliau. Sama seperti yang terjadi kepada Soeharto, disaat beliau memimpin Indonesia. Banyak hujatan yang keluar. Bahkan presiden ini dipaksa turun dari jabatannya. Tapi setelah beliau sudah tidak ada, baru rakyat pada bilang "jaman soeharto itu lebih enak daripada jaman sekarang". Begitu juga waktu masa pemerintahan B.J Habibie, banyak orang yang menilai negatif terhadap beliau karena melepas Timor Timur. Berbagai hujatan juga ditujukan kepada beliau. Tapi setelah Beliau tidak menjabat lagi, baru pada bilang "coba Habibie jadi presiden lagi". Sebagian rakyat Indonesia selalu menilai seseorang dari sisi negatifnya dulu tanpa memikirkan kalau orang tersebut mempunyai sisi positif. Mungkin inilah yang akan terjadi pada beliau Pak Boediono. Sekarang dinilai negatif, nanti baru dinilai positif.

Salam Kompasiana!

Toras Lubis, 20/03/2014

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun