Mohon tunggu...
Toras Lubis
Toras Lubis Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mengungkapkan apa yang dirasakan dan dilihat oleh mata dalam kehidupan sehari-hari melalui sebuah "tulisan" yang semoga berguna bagi setiap kalangan. :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bobroknya Oknum Polisi Daerah Bandung

16 Februari 2014   02:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kemajuan suatu negara, ditentukan oleh sistem hukumnya". Penggalan kalimat yang sepele namun mengandung makna yang tidak bisa diacuhkan begitu saja. Mari kita lihat sekilas negara-negara maju di dunia. Seperti negara Cina yang menerapkan hukuman tembak mati bagi para pelanggar hukumnya, terutama pelaku korupsi.Tanpa memandang pelaku korupsi itu siapa. Ketika telah terbukti bersalah, ya divonis bersalah. Negara Cina tidak tanggung-tanggung, menerapkan hukuman tembak mati kepada pelaku korupsi yang disaksikan oleh masyarakatnya sendiri. Sungguh sangat kejam, tapi itulah hukum. Siapa yang salah, tetap salah dan wajib dapat ganjaran atas tiap perbuatan.

Namun, apa yang kita lihat di Indonesia? Sistem hukum yang diterapkan sungguh sangat berbeda. Dimana pelaku kejahatan terutama korupsi dihukum hanya begitu saja, alias tidak sesuai kejahatan yang telah dilakukan. Sudah tidak aneh ketika pelaku korupsi cuma dihukum 5-10 tahun penjara. Dan dipotong masa tahanan. Parahnya lagi, setelah dipenjara para koruptor mendapatkan fasilitas yang layaknya fasilitas hotel berbintang lima. Ironis.

Bandingkan dengan pelaku kejahatan yang tergolong dari kalangan bawah. Misalnya pelaku kejahatan yang mencuri satu batang ubi kayu cuma buat bertahan hidup divonis sampai 5 tahun. Ironisnya, pelaku kejahatan itu seorang nenek yang sudah tua renta. Apa yang terjadi dengan hukum kita?

Hukum Indonesia memang sangat rumit. Kata "rumit" berlakunya cuma buat orang bawah. Kata "rumit" yang hanya berlaku buat orang yang hidupnya sudah sulit. Tapi tidak "rumit" bagi kalangan orang yang elit dan berduit. Siapa yang salah? Perangkat hukumnya saja atau semua kalangan pantas disalahkan? Menurut saya, semua kalangan layak untuk disalahkan. Aparat hukum mulai dari polisi, pengadilan dan orang-orang yang menduduki sistem hukum itu sendiri.

Salah satu bukti nyata bobroknya hukum kita terdapat pada aparat hukum yang kita sangat kita kenal yaitu polisi. Tepatnya didaerah kota Bandung. Polisi yang kita kenal dengan tugasnya untuk menegakkan hukum dan mengayomi masyarakatnya. Malah apa yang terjadi? Polisi disalah satu daerah ini yang tugasnya menjaga ketertiban lalu lintas tepatnya di Jl. Pasir Kaliki di sekitar pusat perbelanjaan Indah Plaza Bandung. Oknum polisi disekitar ini sering saya pergoki menerima suap dari pelaku yang melanggar lalu lintas.

Kejadian yang pertama, sewaktu saya pulang dari kerja. Kebetulan saya sedang menunggu angkutan umum di sebuah posko dadakan polisi. Awalnya, saya tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh polisi tersebut. Biasanya saya sangat cuek dengan yang namanya seorang polisi. Tapi hari itu saya tidak tahu kenapa, saya malah tertarik dengan apa yang dilakukan oleh polisi tersebut. Saya curiga dengan apa yang dilakukannya dengan salah satu wanita umur 35 tahunan di dekat mobil yang berplat B dari Jakarta. Ternyata kecurigaan saya benar. Polisi itu sedang melakukan tilang kepada wanita itu. Tapi apa yang dilakukan oleh wanita itu setelahnya? Wanita itu spontan menelpon sesorang dan handphone nya diberikan ke polisi. Saat itu polisi hanya bisa mengangguk-angguk seperti dapat perintah dari telepon tersebut. Tidak lama kemudian, wanita itu menyelipkan sesuatu ke saku polisi tersebut. Sontak saya kaget dan spontan mengambil handphone. Tapi polisi tersebut langsung mengusir saya. Mungkin takut kejadiannya saya abadikan. Saya hanya bisa diam.

Hari berikutnya, tepatnya seminggu setelah kejadian itu. Tidak disangka-sangka kejadian itu saya alami lagi. Masih dengan polisi yang sama dan tempat yang sama. Lagi-lagi polisi itu melakukan tindakan salah yang sama. Betapa parahnya polisi itu. Rasa malunya mungkin sudah tidak ada. Seperti de javu, saya diusir lagi dari tempat itu karena kepergok oleh saya. Andai saya bisa berbuat sesuatu. Tapi apa yang bisa saya lakukan? Saya melapor ke polisi yang lainnya? Mungkin saya yang akan disalahkan. Untuk kedua kalinya, saya hanya bisa terdiam membisu melihat hal yang tidak benar terjadi didepan mata begitu saja. Kejadian ini terus menerus saya lihat. Setiap oknum polisi itu bertugas di jalan itu.

Kejadian diatas hanya salah satu contoh kecil tentang kebobrokan hukum Indonesia. Bagaimana tidak bobrok, polisi yang dikenal mengayomi malah melakukan tindakan yang layaknya koruptor. Semoga hukum di Indonesia lebih baik dari sekarang. Lebih jujur dari sekarang. Lebih sadar akan fungsinya masing-masing sebagai penegak hukum. Semoga kelakuan seperti itu tidak menjadi wabah dan mendarah daging di generasi selanjutnya. Berharap yang lebih baik untuk kita. Untuk Indonesia Raya Tercinta.

Salam Kompasiana!

Toras Lubis, 15/02/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun