[caption id="attachment_316041" align="aligncenter" width="404" caption="Capres Kita, Dok. Pribadi"][/caption]
Semua calon presiden kita yang mencalonkan diri ataupun dicalonkan sekarang membulatkan tekad saya untuk tidak mencoblos salah satu dari mereka (untuk saat ini). Mungkin orang lain akan mengatakan saya golput, tapi saya sebut ini sebagai proses pendewasaan diri dengan menolak yang namanya demokrasi. Saya tahu tidak ada seorangpun yang sempurna di dunia ini, tapi saya mempunyai banyak alasan kenapa melakukan ini. Untuk saat ini saya masih belum punya pilihan siapa yang akan saya pilih untuk jadi presiden. Mungkin bukan saya saja yang berpikir seperti ini, tapi banyak orang diluar sana yang masih bingung akan memilih siapa. Semoga "mereka" dalam waktu dekat ini bisa menarik hati para pemilihnya untuk memilih mereka. Karena sampai detik ini "mereka" belum mempunyai point plus dimata para pemilih, termasuk saya. Berikut pandangan saya terhadap mereka yang kini mencalonkan dan dicalonkan sebagai presiden.
Pertama, Prabowo Subianto. He is "again" use lower case to show disrespect. Dengan tampilannya yang terkesan sederhana membuat banyak orang-orang menjadi salut. Selalu mengatakan dirinya pro-rakyat dan hobby mengambil simpati para buruh dan juga petani. Benar-benar down to earth banget. Kita tidak tahu apa ini cuma politik saja atau benar-benar orangnya seperti itu? We don't know guys.
Kedua, Wiranto dan Harry Tanoe atau biasa kita dengar WIN HT. Sama seperti Mas Prabowo yang tampil adanya untuk menarik perhatian rakyat. Mengenai Wiranto, masih banyak sekali ketidak jelasan informasi tentang kejahatan terhadap warga sipil waktu beliau masih jadi tentara cibuluh. Sementara HT, seorang pemilik media yang secara terang-terangan menggunakan media yang beliau miliki sebagai mesin politik seperti kampanye. Meskipun pernah ditegur oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), tapi tetap saja medianya masih digunakan sebagai sarana politiknya. Apa itu boleh-boleh saja? Saya juga kurang memahami akan hal itu.
Ketiga, Abu Rizal Bakrie atau kita singkat dengan ARB. I almost forgot this clown, look I use lowercase again, you know what I mean. Wahai ARB berenanglah di lumpur lapindo. Apa kabarnya lumpur lapindo sekarang ya?
Keempat, Bang H. Rhoma Irama atau panggilan kerennya Oma. Siapa sih yang tidak mengenal beliau? Beliau orang hebat dalam bidang dangdut, tapi dibidang politik sepertinya belum cocok. Dunia politik tidak seindah dunia musik Bang Haji. So, lebih baik beliau jadi seniman dangdut lagi. Ciptakan lagu-lagu yang lebih mendidik daripada lagu-lagu dangdut yang sekarang beredar di pasaran yang terkesan vulgar. Dengan begitu juga sudah bisa disebut membantu menjaga masa depan Indonesia.
Kelima, orang ini ditahun 2013 kemarin sudah banyak mukanya beredar di internet maupun di media televisi. Ntah datang darimana, siapa dia, tidak banyak orang yang tahu. Diwaktu melambungnya ketenaran Jokowi, dia muncul begitu saja bagaikan bisul. Banyak media yang memberitakan kalau beliau orang yang akan menjadi calon presiden kita. Banyak hal-hal positif beliau yang sengaja diangkat ke permukaan. Sampai sekarang saya masih bingung dengan wajah baru ini. Siapakah wajah baru ini? Beliau adalah Gita Wirjawan. Menurut pemberitaan yang saya dengar beliau akan mencalonkan diri sebagai presiden dari salah satu partai besar yaitu partai demokrat. Namun sampai sekarang belum jelas kebenaran dari berita itu. Beliau ini sekarang menjabat sebagai seorang mentri perdagangan. Promosi akan dirinya di sosial media bagus-bagus lho. Kita tidak akan pernah tahu apa benar-benar bagus atau sengaja di bagus-bagusin.
Keenam, yang baru-baru ini sangat menggemparkan rakyat Indonesia. Dari kubu PDI-P mencalonkan kandidatnya yang bernama Jokowi. Seorang gubernur jakarta yang baru saja menjabat sebagai gubernur. Seorang gubernur yang belum memenuhi janji-janji politiknya terhadap warga jakarta. Seorang gubernur yang ketenarannya melebihi presiden kita sendiri. Bahkan beliau pernah dimuat dalam majalah Time di luar negeri. Beliau dicalonkan oleh partainya mungkin karena partainya takut kalah suara dari partai lain yang sudah memiliki calon presiden masing-masing yang terbilang kuat. Semoga kalau beliau terpilih jadi presiden, tidak seperti sekarang yang seperti boneka hidup yang seolah-olah bergerak dikendalikan oleh partainya.
Itulah penilaian pribadi saya terhadap calon-calon presiden kita. Siapapun kelak calon yang resmi jadi presiden Indonesia, semoga menjadi presiden yang benar-benar amanah karena mereka telah diberi amanah oleh rakyatnya melalui suara yang telah disumbangkan terhadap mereka.
Salam Kompasiana!
Toras Lubis, 18/03/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H