Minggu pagi, kyai Kadzab lagi jalan-jalan menuju taman kabupaten. Itung-itung gerak badan sedikit-sedikit. Sudah tiga bulan kyai Kadzab tidak pergi ke taman kabupaten. Disana memang ada perkembangan yang cukup ppesat, ada lampu-lampu hias berwarna-warni. PKL di sekitar kantor pemerintahan pun nampak teratur, tidak lagi semrawut seperti sebelumnya. Namun betapa kagetnya saat melihat dua orang berkelamin beda lagi pacaran. "Astagfirullah!" batin kyai Kadzab. Matanya diusap sekali masih nampak jelas, diusap dua kali masih tidak berubah gambarnya. Sampai tiga kali, eh...ternyata benar kalau yang dilihat itu adalah santrinya sendiri. Dengan tergopoh-gopoh kyai mendekati mereka.
"Hei, LAHAB! Kamu itu bagaimana, pacaran di depan umum, apa nggak malu?!" katanya agak marah. "Malu itu sebagian dari iman, tau!"
"Kyai, saya ini lagi refreshing. Masak orang refresing dilarang. Nih kenalin," kata 'Lahab' sambil menyodorkan tangan gebetannya. Melihat cewek yang cantiknya bukan kepalang itu, kyai tidak mampu menepis, tangannya pun mengulur berkenalan.
"Bagaimana, kyai, cantik nggak...?" tanya Lahab. Kyai hanya menelan ludah sambil membatin, "Ha-ah, cantik gile...!" Kyai kemudian . . .menasehati lahab dengan bijak. "Lahab, berduaan dengan yang bukan muhrim itu tidak baik, temannya setan. Apalagi kalau sampai hamil, bisa bahaya dan dosa besar!"
"Itu kalau hamil, wong saya pacaran tidak sampai menghamili kok, berarti dosanya kecil", kata Lahab tanpa beban. Kyai heran sambil ngibrit pergi.
Pesan : Kita jangan membuat pandangan sendiri tentang suatu hal kalau kita tidak tahu apa yang mendasari atas apa yang kita pandang. Intinya jangan membuat opini dalam sebuah opini. :)
Salam Kompasiana!
Toras Lubis, 18/02/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H