Mohon tunggu...
Toras Lubis
Toras Lubis Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mengungkapkan apa yang dirasakan dan dilihat oleh mata dalam kehidupan sehari-hari melalui sebuah "tulisan" yang semoga berguna bagi setiap kalangan. :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dosa Besar

19 Februari 2014   02:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:41 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Minggu pagi, kyai Kadzab lagi jalan-jalan menuju taman kabupaten. Itung-itung  gerak badan sedikit-sedikit. Sudah tiga bulan kyai Kadzab tidak pergi ke taman kabupaten. Disana memang ada perkembangan yang cukup ppesat, ada lampu-lampu hias berwarna-warni. PKL di sekitar kantor pemerintahan pun nampak teratur, tidak lagi semrawut seperti sebelumnya. Namun betapa kagetnya saat melihat dua orang berkelamin beda lagi pacaran. "Astagfirullah!" batin kyai Kadzab. Matanya diusap sekali masih nampak jelas, diusap dua kali masih tidak berubah gambarnya. Sampai tiga kali, eh...ternyata benar kalau yang dilihat itu adalah santrinya sendiri. Dengan tergopoh-gopoh kyai mendekati mereka.

"Hei, LAHAB! Kamu itu bagaimana, pacaran di depan umum, apa nggak malu?!" katanya agak marah. "Malu itu sebagian dari iman, tau!"

"Kyai, saya ini lagi refreshing. Masak orang refresing dilarang. Nih kenalin," kata 'Lahab' sambil menyodorkan tangan gebetannya. Melihat cewek yang cantiknya bukan kepalang itu, kyai tidak mampu menepis, tangannya pun mengulur berkenalan.

"Bagaimana, kyai, cantik nggak...?" tanya Lahab. Kyai hanya menelan ludah sambil membatin, "Ha-ah, cantik gile...!" Kyai kemudian . . .menasehati lahab dengan bijak. "Lahab, berduaan dengan yang bukan muhrim itu tidak baik, temannya setan. Apalagi kalau sampai hamil, bisa bahaya dan dosa besar!"

"Itu kalau hamil, wong saya pacaran tidak sampai menghamili kok, berarti dosanya kecil", kata Lahab tanpa beban. Kyai heran sambil ngibrit pergi.

Pesan : Kita jangan membuat pandangan sendiri tentang suatu hal kalau kita tidak tahu apa yang mendasari atas apa yang kita pandang. Intinya jangan membuat opini dalam sebuah opini. :)

Salam Kompasiana!

Toras Lubis, 18/02/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun