Mohon tunggu...
Toras Lubis
Toras Lubis Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mengungkapkan apa yang dirasakan dan dilihat oleh mata dalam kehidupan sehari-hari melalui sebuah "tulisan" yang semoga berguna bagi setiap kalangan. :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Otak Bawah Sadar

18 Agustus 2014   16:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:15 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mario Montessori, dokter wanita pertama asal Italia menyatakan bahwa, anaklah yang membangun orang dewasa bukan orang dewasa yang membangun anak. Anak makhluk konstruktif yang memerlukan bantuan orang dewasa agar perkembangannya optimal. Pendidikan yang terjadi waktu itu dalam pandangan Montessori, telah membelenggu perkembangan anak.

Guru dan orang dewasa yang egosentris, otoriter, dan berperan sebagai ahli, adalah merupakan kekeliruan besar. Pemikiran Maria Montessori yang kelahiran Italia, 31 Agustus 1870 ini telah memberikan kontribusi yang besar terhadap revolusi pendidikan dewasa ini.

Ia menekankan perlunya pola pendidikan baru, yaitu system pendidikan sejak anak usia dini yang sesuai dengan perkembangan anak dimana person orang dewasa sangat penting dalam membantu perkembangan mereka secara optimal.

Masalah utama dalam pendidikan adalah bukan pendidikannya itu sendiri, tapi masalah hubungan antara anak dengan orang dewasa. Anak adalah anak, bukan miniature orang dewasa. Anak juga bukan layaknya bagaikan sesuatu benda kosong, dimana orang dewasa harus mengisinya dengan sesuatu.

Dalam hal ini Montessori juga menegaskan bahwa pendidikan saja tidak cukup jika orang tua dan guru, sebagai orang dewasa, memiliki asumsi yang salah terhadap anak. Orang dewasa harus meninggalkan anggapannya bahwa anak bagaikan benda kosong yang menunggu untuk diisi dengan pengetahuan dan pengalaman orang dewasa. Mengapa? Karena penting untuk dipahami bahwa anak memilki potensinya masing-masing.

Setiap orang dewasa berasal dari seorang ank dulunya. Jadi, anaklah yang membentuk dirinya menjadi dewasa. Anak menyerap pengalaman apapun yang ia alami didunia dan pengalaman tersebut berpengaruh terhadap perkembangannya ketika dewasa kelak.

Berdasarkan asumsi ini, Montessori menegaskan pentingnya untuk membebaskan anak dari peran ketergantungannya terhadap orang dewasa , jika anak tersebut kita inginkan menjadi orang yang benar-benar mandiri kelak.

Anak memiliki potensi sendiri. Implikasinya, agar anak sebagai calon orang dewasa masa depan mampu membangun dunia yang lebih baik, maka perlu diberikan kesabaran, simpati, kehangatan dan kasih saying untuk berkembang.

Untuk itu diperlukan dua kondisi. Pertama, anak pelu berinteraksi dengan lingkungan untuk daoat memahami alamnya. Kedua, ia pelu kebebasan untuk menemukan dirinya. Jika dua kondisi ini hilang, maka perkembangannya tidak optimal.

Seorang professor pendidikan dari Universitas Chicago Amerika Serikat, Benyamin S. Bloom, menemukan fakta bahwa 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk saat kita berada dalam kandungan, sampai usia 4 tahun. Lalu 30% potensi berikutnya terbentuk pada usia 4 hingga 8 tahun.

Jadi 80% potensi dasar manusia terbentuk di rumah, justru sebelum mulaki sekolah. Sehingga kunci potensi seorang manusia, kemampuannya, nilai-nilai hidupnya, kebiasaannya, kepribadiannya, akhlaknya, dan sikanpnya hamper 80% tergantung pada orangtua.

Manusia juga pemilik otak terhebat didunia. Walaupun beratnya kurang dari 1,5 kg, kemampuan otaknya beribu kali lebih berat dari super computer. Dan anak-anak kita pun memilikinya! Masing-masing terdiri dari otak sadar dan otak bawah sadar.

Otak sadar, aktif saat kita sengaja melakukan sesuatu. Sedangkan otak bawah sadar selalu aktif 24 jam sehari terus menerus. Ia bekerja sejak masih dalam kandungan sampai kita dewasa dan mati.

Dari berbagai hasil penelitian ditemukan bahwa ternayata dibawah sadar inilah terpasang semua potensi hidup kita, yang nantinya akan keluar dalam bentuk sikap, nilai hidup, skill, kecerdasan, kepribadian dan kebiasaan.

Salah satu sifat otak bawah sadari ini adalah tidak kritis. Jadi apapun input yang masuk ke dalamnya akan tetpa disimpan dan dianggap benar. Beda dengan orak sadar, yang bersifat kritis. Oleh karena itulah yang harus kita waspadai justru input-input yang bakal masuk lewat pintu otak bawah sadar ini.

Artinya, akan jadi siapa kita, akan bagaimana cara berpikir dan bersipaknya ditentukan sepenuhnya oleh informasi dan pengetahuan apa yang tersimpan diotak bawah sadarnya. Panca indra adalah pintu masuk yang langsung masuk ke pusat kecerdasan anak. Apapun yang ia dengar, apapun yang ia lihat, apapun yang ia rasakan, semua langsung tersimpan di otak bawah sadarnya.

Ia juga belajar tentnag sikap dan kepribadian dari orang-orang yang mengasuhnya. Bagaimana ayah ibunya berbicara, apa yang dikatakan, bagaimana ia bereaksi terhadap emosi-emosi tertentu, bagaimana orangtua bereaksi terhadap tekanan amarah, tangisan dan kerewelan. Semua bahasa komunikasi anak dalam bentuk gerakan, tangisan dan kerewelan adalah alat-alat ia belajar.

Nah, tentunya sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, seharusnya kita tak lagi sekenanya mendidik anak. Dalam berprilaku, khususnya didepan anak, juga harus terjaga. Mendidik seorang manusia memang tak boleh ala kadarnya, harus sepenuh hati dan sungguh-sungguh.

Salam Kompasiana!

Toras Lubis, 18/08/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun