Beberapa hari yang lalu saya dan rombongan kecil kami, mencoba menyusuri sebagian tepian Danau Toba yang 'katanya' susah tersohor hingga kemancanegara. Kesan pertama teman saya yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke daerah Danau Toba, memang membanggakan saya sebagai salah satu putra daerah. Beliau mengagumi keelokan Danau Toba (arah Pematangsiantar ke Parapat). Suguhan pemandangan yang menyejukkan,indah dan menentramkan,terpampang jelas ditambah udara yang tidak perik dan angin yang berhembus semilir. Danau Toba seolah sebuah mahakarya yang pantas untuk dibanggakan dan sangat pantas untuk dipromosikan hingga ke ujung dunia.
[caption caption="Danau Toba"]Untuk kesekian kalinya,saya menginjakkan kaki ke tepian Danau Toba baik dari,kota Parapat,daerah Tiga Raja atau daerah Ajibata,tampak jelas Danau Toba yang elok dan cantik. Apalagi saat itu,ada degradasi warna langit di beberapa sisi,menampilkan suasana mendung di sisi Barat dan cenderung cerah di sisi Timur. Sungguh cantiknya Danau Toba ini! Terimakasih,Tuhan telah memberikan anugerah alam ini kepada kami,khususnya bagi saya yang hanya perlu menempuh 30-60 menit saja dari kediaman saya dari jalan besar Sidamanik,Simalungun. Tidak ada kata bosan untuk menikmati kemolekan Danau Toba dari seluruh sisi dan tepiannya.
Di lain waktu,kami mencoba menyusuri tepian Danau Toba dari arah rumah saya menuju daerah Tigaras. Sepanjang perjalanan,kami disuguhi pemandangan lain yang juga sangat menentramkan untuk dinikmati. Daerah Bah Butong, Simalungun, menyuguhkan hamparan kebun teh yang luas,hijau dan tampak tersusun sangat teratur. Diselingi oleh udara sejuk menjurus dingin, dan latar pegunungan di sisi sebelah selatan (Bukit Barusan),menambah tempat destinasi yang wajib untuk dinikmati sebelum sampai ke daerah Tigaras.
[caption caption="Danau Toba"]
Pelabuhan kecil di daerah Tigaras,saat itu,cukup padat. Destinasi utama adalah pulau Samosir. Menurut penuturan orang-orang sekitar,hanya dibutuhkan 30-45 menit saja dengan menaiki kapal feri dari pelabuhan itu untuk sampai di Pulau Samosir. Sayangnya kami tidak bisa menyusuri indahnya Danau Toba melalui kapal feri pada saat itu, dan kami memutuskan untuk beranjak ke daerah Parapat melalui darat saja.
Perjalanan menuju Parapat dari daerah Tigaras,rasanya ngeri-ngeri sedap. Ngeri, karena jalanan yang curam,berliku dan banyak jalan yang sangat tidak layak untuk menjadi sebuah jalan. Dibutuhkan skill mengendara yang mumpuni untuk menyusuri daerah ini. Dan sedap,karena memang sepanjang jalan banyak titik-titik yang bisa dinikmati dan tidak didapatkan di tempat lain. Hamparan air berwarna kebiruan,pepohonan hutan,dan tekstur wilayah Danau Toba yang unik, menjadi hal yang menyenangkan untuk dinikmati.
[caption caption="Danau Toba"]
1. Landskap kota yang berliku namun sangat minim rambu jalan dan informasi kota.
2. Pungutan yang menjengkelkan,ditambah karakter keras orang-orangnya. Tarif parkir kendaraan yang tidak transparan dan petugas parkir yang tidak kooperatif.
3. Pasar Parapat yang semrawut dan salah satu tempat yang tidak layak untuk dijalani karena kekumuhan dan banyaknya sampah yang berserakan.
4. Sangat jarang ditemui ada petugas resmi dari Pemda yang bisa dimintai informasi. Kemana mereka?
5. Harga dan biaya untuk menikmati fasilitas tertentu tidak transparan,tidak ada batas normal maupun maksimal. Tawar menawar adalah aktivitas yang dominan. Saya mengalami beberapa hal yang menjengkelkan sekaligus memuakkan. Harga penyewaan tempat dan tikar berkualitas rendah,dengan harga yang tidak wajar. Harga penyewaan permainan air yang di atas normal (relatif,tapi untuk kalangan menengah ke bawah, cukup tinggi).
5. Kedok premanisme,saat menjajakan sebuah fasilitas, cukup mudah ditemui.Unsur paksaan yang menjurus kasar,pernah secara pribadi saya temui. Penjaja penginapan memaksa saya untuk sekedar melihat terlebih dahulu penginapan yang dijajakan,padahal saya telah mencoba menolaknya. Si penjaja di akhir obrolan,bahkan terang-terangan mengancam bila tidak memenuhi permintaan untuk melihat penginapan yang dijajakan tersebut. Saya mendapatkan hal yang mirip di lokasi yang lain.
6. Lampu penerangan di beberapa tempat yang sangat minim. Hal ini tentu saja,bisa mengundang kejahatan ditambah suasana malam yang sepi.
7. Karakter 'pedagang' yang kurang baik. Saat menjajakan barang atau fasilitas, orang-orang yang menjajakannya terkesan tidak ramah,tidak simpati dan terkesan ingin menguras dompet wisatawan sebanyak-banyaknya dengan mematok harga yang cukup tinggi.
8. Kurangnya kepedulian pemerintah setempat untuk terlibat langsung membenahi kekurangan Danau Toba sebagai tempat wisata yang bagus. Danau Toba sudah dikenal puluhan tahun silam,namun tidak banyak perubahan yang signifikan terlihat. Saat saya pertama kali berkunjung ke Parapat, 20 tahun yang lalu,hal-hal yang saya sebutkan di atas masih tetap seperti itu. Pemerintah daerah dengan segenap wewenang,kekuasaan dan perangkat yang dimiliki,terlihat loyo dari masa ke masa. Mereka pedulikah?
Banyak pemerintah daerah yang bermimpi untuk memiliki daerah secantik Danau Toba? Apakah karena wilayah Danau Toba dimiliki oleh beberapa pemerintah daerah sehingga terkesan hanya ingin pendapatannya saja namun kurang akur dalam pembiayaan pembangunannya? Bila demikian adanya,buat saja sebuah lembaga/ otoritas khusus untuk Danau Toba,dan hasilnya dibagi berdasarkan porsi wilayahnya masing-masing. Wallahualam.
Saat Presiden Jokowi berencana untuk membenahi Danau Toba agar menjadi lebih baik,saya pribadi menyambutnya dengan sangat senang. Perekonomian di banyak tempat akan terangkat,saya sangat yakin itu. Banyak sektor yang bisa memberikan hal positif bila Presiden serius membenahi Danau Toba. Kota-kota penyangga dimulai dari Lubuk Pakam hingga Pematangsiantar akan tumbuh. Usaha perhotelan, perdagangan komoditi/konsumsi, transportasi,industri kreatif dan pertanian akan terangkat. Daerah di sepanjang tepian Danau Toba selain menyuguhkan pemandangan yang menakjubkan juga menghasilkan produk-produk berkualitas baik. Ada durian Medan yang sudah terkenal, ada buah mangga yang lezat, nenas, rempah-rempah, ikan khas Danau Toba, jeruk, dan lain-lain.
Saya berharap banyak Danau Toba bisa menjadi lebih baik. Bila ke-8 hal yang saya coba ungkit diatas tetap ada bahkan merajalela,jangan harap,promosi segencar apapun, Danau Toba tidak akan banyak dikunjungi wisatawan. Jangan berharap uang yang digelontorkan ratusan juta atau milyaran untuk iklan dan promosi Danau Toba,bisa mengangkat Danau Toba dan bermanfaat buat perekonomian daerah,bila tidak dilakukan pembenahan yang serius dan masif. Bagi wisatawan yang sengaja jauh-jauh berkunjung ke Danau Toba bisa saja akan kapok dan menyebarkan kekapokannya dengan sentimen negatif ke dunia luar. Danau Toba hanya sekedar indah alamnya namun tidak menyenangkan untuk didiami walaupun cuma satu hari,satu kali dan cukup hanya satu kali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H