"Tempatkan orang yang tepat pada tempatnya".
Bangsa ini,bangsa yang besar. Terlalu naif untuk dianggap enteng, dan terlalu ceroboh kalau dianggap bangsa kelas dua atau kelas tiga. Bangsa ini bisa menjadi kampiun dalam banyak hal dan alangkah sayangnya,bila yang mengelola bangsa ini,adalah orang-orang yang pemalas,minim kreasi dan inovasi,tidak berniat baik dan bodoh alias tolol. Mari kita sadar betul bahwa mengelola bangsa ini dibutuhkan orang-orang yang mumpuni dalam bidangnya dan punya hati bersih dan tulus untuk membangun bangsa.
Banyak cerita miring tentang pola perekrutan orang-orang yang dipilih untuk mengelola bangsa ini,baik dari golongan terendah hingga tertinggi di negara ini. Istilah KKN,muncul beberapa tahun yang lalu, karena kenyataannya memang demikian adanya yang pernah terjadi di negara ini. Beberapa contoh cerita miring yang mungkin sudah menjadi rahasia umum, seperti di bawah ini:
- ‌Ada seseorang yang merasa penting di sebuah instansi, yang hingga 'perasaan pentingnya' ini bisa dengan leluasa merekrut saudara terdekat bahkan mungkin saudara jauh sekalipun. Tidak peduli latar belakang pendidikan,dan tidak peduli apakah kemampuan saudara-saudaranya tersebut bisa disebut baik atau mungkin agak baik. Mohon agar Menpan bisa membuat sebuah program untuk menelusuri keberadaan orang2 seperti ini.
- ‌Titipan 'kilat' dari seseorang yang mempunyai pengaruh besar atau mungkin pernah menjadi mantan pejabat tinggi bangsa ini. Mohon agar Menpan bisa membuat terobosan untuk mencari tahu orang-orang seperti ini.
- ‌Ada uang,ada barang. Banyak kasus yang sudah diekspos atau mungkin desas-desus di masyarakat mengenai praktek jual beli di dalam tahapan perekrutan sebuah instansi pemerintah. Di daerah, cukup umum, terdengar hal-hal seperti ini,bahkan ada cerita yang pernah saya dengar, ada bentuk ketidakpercayaan masyrakat, bahwa bila seseorang yang memang berhasil lulus diterima menjadi ASN tanpa uang sepeserpun. Banyak yang tidak percaya akan hal ini. Mohon Menpan atau aparat hukum bisa membuat terobosan,misalnya sesekali menyamar sebagai calon.
- ‌Ketidaksesuaian jabatan dengan latar belakang pendidikan. Saya belum habis pikir,seandainya seseorang yang berlatarbelakang ilmu nuklir misalnya ditempatkan di bidang pelayanan kesehatan. Atau seorang yang mempunyai latar belakang teknik konstruksi bawah laut (kelautan) ditempatkan di bidang penyuluhan peternakan. Atau misalnya seorang yang berlatar belakang ilmu perhotelan ditempatkan di bidang pertanian.
- ‌Rekrutmen "Asal Putera Daerah", yang penting putra daerah, tidak peduli kemampuan dan latar belakang pendidikannya.
Mari kita bandingkan pola rekrutmen di perusahaan swasta,khususnya di perusahaan ternama. Saya teramat yakin,bahwa perusahaan swasta tersebut tidak asal,dan memiliki kriteria yang tinggi dalam mendapatkan pekerja. Mereka sadar,bahwa SDM adalah sebuah parameter maha penting dalam kelangsungan perusahaan dan mereka akan mencari seolah seperti seorang penambang mencari berlian di tumpukan ton batuan.
Seandainya negara ini berpikir layaknya seperti sebuah perusahaan ternama,dalam merekrut seorang karyawan, saya yakin, negara ini akan lebih maju,lebih sejahtera dan lebih baik ke depannya. Sebaiknya Presiden Jokowi benar-benar tegas dalam hal ini. Seseorang yang malas,bodoh,kurang kompeten,dan tidak berniat menjadi seorang pelayan negara,secepatnya dienyahkan saja,secepatnya dan jangan ditunda lagi. Masa harus menunggu bertahun-tahun untuk mencari keberadaan orang-orang seperti ini. Dan sangat disayangkan bila orang-orang model seperti ini yang dipakai untuk mengurusi jutaan masyarakat, dan dalam jangka waktu yang sangat lama, apa kata dunia. Bangsa besar koq diurus oleh orang-orang malas,bodoh,tidak kompeten dan profesional..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H