Mohon tunggu...
Torang Siagian
Torang Siagian Mohon Tunggu... -

Seorang karyawan swasta yang berdomisili di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

OTT KPK vs Maling Kampung yang Tertangkap Basah

14 Februari 2016   16:09 Diperbarui: 14 Februari 2016   16:24 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OTT (Operasi Tangkap Tangan) KPK sudah banyak menjerat maling kelas kakap di negara ini. Saya fikir suatu saat nanti,OTT akan punah,nyatanya Kasubdit Pranata Perdana MA ditangkap dan terindikasi menerima suap! "Makjang, macam mana nya negara ini" Jelas-jelas pelaku tahu hukum dan notabene bekerja di salah satu institusi yang kita andalkan untuk penegakan hukum. "Dibakar aja lah orang-orang kayak gitu".

Saya prediksi akan ada pejabat negara yang akan bilang seperti ini," Hal-hal seperti ini menjadi pelajaran penting dan kedepannya tidak akan terjadi lagi". Belajar itu bagi saya seumur hidup, tapi pelajaran seperti ini tidak harus seumur hidup. OTT yang dulu dan kemarin-kemarin itu, bukan hanya jadi pelajaran,itu harus jadi tekad. Jangan sampai para petinggi negara ini kerjaannya hanya belajar,belajar dan belajar.

Waktu saya kecil,saya pernah melihat ada maling digebukin hingga wajah dan tubuhnya tidak berbentuk manusia normal lagi. Memang tidak mati,tapi saya pikir dia sudah sekarat, nafasnya waktu itu tersegal-segal. Saking tidak teganya saya melihat sang maling, saya tidak berlama-lama di tempat itu. Wajahnya penuh luka, dan saat itu,saya masih melihat ada orang yang masih menghantam wajahnya hingga darah segar muncrat dari mulutnya. Serem,sadis dan memilukan. Pelaku tertangkap tangan ingin mencuri kerbau warga dan spontan saat itu juga,tanpa ada hak untuk membenahi diri, si pelaku dihajar habis-habisan oleh warga yang beringas."Jelas-jelas sudah ketahuan maling, masih mau berkelit,matilah kau!"

Saya pada akhirnya mendengar bahwa sang maling meninggal dunia. Tapi itu maling kelas kampung dan kerugian yang akan ditimbulkan relatif kecil,jadi hukum tidak perlu sepenuhnya dipakai (ironi). Kalau maling kelas atas,yang jelas-jelas akibat perbuatan malingnya bisa mematikan banyak orang,malah tidak dimatikan. Janganlah berfikir untuk dimatikan,nanti penggiat HAM marah, dijerat hukuman yang 'agak' setimpal aja jarang. Bahkan banyak maling yang setelah masa hukumannya selesai, diberikan jabatan lagi, diberi kesempatan lagi sebagai abdi negara. "Negara ini kan kadang-kadang memang sudah kebalik. Yang potensi kerugiannya kecil,pelakunya dibantai,dihabisi,sementara maling yang berpotensi merugikan banyak orang, diberi kesempatan untuk berubah dan diberikan kemudahan lainnya!"..

Dan satu hal lagi, senyumnya para maling kelas atas itu,lho. Manis,sumringah, dan 'menentramkan', sementara maling kampung,boro-boro senyum,gerak dikit saja, dibogem, mau ngomong saja, mulut ditendang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun