Mohon tunggu...
Torang Siagian
Torang Siagian Mohon Tunggu... -

Seorang karyawan swasta yang berdomisili di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penjahat Sebenarnya di Negara ini Hanya Penjambret dan Maling Kelas Teri

22 November 2015   19:35 Diperbarui: 22 November 2015   19:35 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mungkin pernah melihat betapa sadisnya hukuman yang diberikan masyarakat bagi seorang penjambret dan maling jemuran atau penjahat kelas teri lainnya. Muka dan tubuh para pelakunya kadang susah dikenali lagi bahkan tak sedikit yang meregang nyawa.Nyawa manusia begitu mudah terambil. Para pelaku kejahatan kelas teri bisa berkilah macam-macam atas perbuatannya. Namun bila tertangkap basah dan dihukum di tempat,nyawa yang menjadi taruhannya. Pelaku yang beruntung bisa digelandang ke pos polisi,bila ditelusuri penyebab mengapa dia melakukan perbuatan itu,pasti didominasi faktor ekonomi,terjerat hutang,dll. Tidak ada penjahat kelas teri yang dihakimi massa,berasal dari golongan kaya atau kelas bangsawan.

Dan perbuatan mereka pun berdampak sangat kecil kepada masyarakat banyak. Tentu saja para penjahat kelas teri memang wajib diberantas,namun hukuman yang diberikan masyarakatlah yang kadang kurang manusiawi. Kasus yang banyak merebak di negara ini,yang membuat jutaan masyarakat menjadi miskin dan tidak berpendidikan, sebagian diakibatkan oleh maling-maling berkerah. Kalau dipikir motifnya mereka adalah ekonomi,saya pikir terlalu berlebihan. Bukankah mereka sudah ditaraf cukup? Faktor yang dominan adalah keserakahan. 1 mobil bagus,1 rumah bagus dan lengkap dengan dana pensiun dan tabungan hari tua,sepertinya belum cukup buat mereka. Bila memungkinkan mereka sering bermimpi bisa tercatat sebagai salah satu konglomerat di negara ini bahkan dunia.

Segala kekayaan yang ada di negara ini, kalau bisa mereka yang menguasai tentu saja dengan cara dan ilmu maling yang baik dan mengikuti trend terkini. Di sisi lain,maling kelas teri tidak akan pernah punya mimpi untuk bisa menjadi kaya raya dan konglomerat. Mereka bahkan mungkin memilih target dan korban tertentu sedangkan maling berkerah di negara ini, pemulung yang megap-megap untuk bisa makan pun,disantap mereka dengan lahap. Pengangguran yang jumlahnya banyak di negara ini, pun mereka habisi dengan cara yang halus dan lembut. Maling kelas teri tidak pernah terberitakan menjambret nenek,kakek tua renta,dan pemulung. Maling kelas teri tidak pernah mengambil jatah beras orang miskin,mengambil jatah gas subsidi,mengambil jatah semen,besi, bahan bangunan untuk infrastruktur. Mereka masih dalam taraf manusia yang 'peduli' bagi orang-orang tidak mampu.

Mari bandingkan dengan maling berdasi dan berjas,mereka tidak punya mata hati dan nurani baik sedikitpun. Mereka rela menyunat jatah-jatah rakyat tidak berpendidikan,rakyat miskin,rakyat tua renta,rakyat pengangguran,dll,mereka adalah manusia bertopeng iblis.

Namun seribu,sejuta,semilyar,setrilyun sayang,para maling teri dihukum dengan taruhan nyawa sedangkan maling berdasi dan berjas,walaupun telah tertangkap basah,masing bisa dengan bebas tersenyum dan melambaikan tangan saat media meliput kejahatan mereka. Bila saja ada dari para penjambret tertangkap basah,itu masih mau dan berani melambaikan tangan ke media,tentu saja saat itu juga, masyarakat menghakimi mereka lebih ganas,dan lebih beringas lagi.

Sebuah perbandingan hukuman bak dunia dan langit ke tujuh. Jadi defenisi penjahat sebenarnya di negara ini,sangat pantas disematkan kepada penjahat kelas teri sementara para maling yang jelas-jelas lebih menyengsarakan rakyat banyak adalah ARTIS dan AKTOR semata...  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun