Mohon tunggu...
Parman Pasanje
Parman Pasanje Mohon Tunggu... -

Hidup adalah arti hidup yang sesungguhnya... mari berbagi hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Menyesal Kasih Uang ke Peminta-minta Ini

10 Oktober 2011   13:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:07 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semakin banyak saja cara yang dipakai para meminta-minta di jalanan buat mendapatkan uang dari pengguna jalan. Alasannya pun ketika meminta uang sungguh di buat-buat. Saya beberapa kali menemui (ditemui) mereka dan kebanyakan alasannya adalah meminta sangu buat pulang rumah karena sudah tidak punya uang. Peminta-minta untuk kategori ini kelihatan lebih rapih dan bersih. Seperti yang dituliskan seorang kompasioner Afandi Sido bahwa peminta-minta jenis ini justru tidak punya kecacatan fisik pada tubuhnya.


Saat membuka laman Kompasiana malam ini, tulisan yang dibuat oleh Afandi Sido tersebut masuk HL. Kebetulan saya punya kisah yang sama dan tertarik membagikannya di sini. Saya tertarik menuliskan cerita ini karena memang tadi pagi (10/10/2011) saya betul-betul dibuat jengkel salah seorang peminta-minta.


Kejadiannya berawal ketika saya bersama beberapa orang sedang menunggu bis di depan Terminal Purabaya Sidoarjo tadi pagi sekitar pukul 07.40 WIB. Bis yang saya tunggu adalah trayek Bungarasih-Jembatan Merah (Surabaya) dan bis ini hanya sesekali lewat, mungkin setiap 30 menit. Saya menunggu bis sudah sekitar 10 menit dan bisnya belum ada juga yang nongol.


Tiba-tiba ada seorang bapak paruh baya datang mendekati saya dan langsung capcus ngomong. Penampilannya cukup rapi, berbaju kemeja kotak-kotak motif biru putih, menggunakan celana panjang kain dan sandal jepit sebagai alas kaki. Dia juga meggendong tas samping, tapi anehnya tas tersebut malah dibungkus kantong plastik warna merah. Awalnya beliau berbicara bahasa Jawa kromo dan karena saya bukan orang Jawa, saya tidak paham apa yang dia maksud. Saya coba menanggapinya menggunakan bahasa Indonesia sehingga dia sedikit mengubah gaya bicaranya. Ujung-ujungnya dia bilang begini "nganu mas... minta sangu buat balik omah. sekarang tidak punya uang". Dia tidak menyebutkan berapa nominalnya.


Saya cuma geleng-geleng kepala kepadanya menandakan saya tidak bersedia memberikan uang dan akhirnya bapak ini berpaling dari saya. Dalam pikiran saya bilang kalau orang ini pasi minta uang dengan alasan yang dibuat-buat.


Pikiran saya tiba-tiba berubah, karena kebetulan di kantong baju saya ada uang kecil. "Hitung-hitung bisa membantu", pikirku. Saya langsung ambil selembar uang pecahan Rp.2000 dan langsung memberikannya kepada bapak yang hampir meninggalkan saya itu.


Setelah saya berikan uang, si bapak itu kemudian pergi dan menghilang diantara kios-kios PKL.


Tak lama kemudian (sekitar 5 menit), si bapak yang meminta uang tadi berbalik arah dan kembali melewati jalan trotoar yang saya tempati menunggu bis. Yang bikin saya jengkel adalah bapak ini malah kembali dengan menenteng sebatang rokok (sudah dibakar ujungnya) sambil sesekali menghisapnya.


Sialan, berarti uang yang saya berikan itu hanya buat beli rokok?. Huah, ini saya hanya menggerutu dalam hati sambil melihat sinis kepada si bapak yang saya kasih uang tadi itu.


Modus seperti ini yang kerap kali digunakan para peminta-minta di jalanan untuk mengumpulkan uang sangu dari pengguna jalan raya. Kita mesti jeli melihat mereka dan membedakan mana yang peminta-minta "jadi-jadian" dan mana yang betul-betul butuh uang sangu untuk kembali ke rumah. Supaya kita tidak kecolongan membantu orang yang tidak tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun