Semenjak terpilih menjadi Presiden amerika 7 bulan yang lalu, Donald trump banyak membuat keputusan kontroversial yang menimbulkan pro dan kontra dikalangan warga amerika sendiri. Contohnya saja, saat baru menjabat, ia mengeluarkan "travel ban" bagi beberapa negara ditimur tengah dan afrika bahkan yang terbaru ia menyatakan bahwa transgender tidak bisa mengabdi dimiliter. Trump memang tidak menjadi media darling dinegaranya sendiri bahkan selama menjabat popularitasnya turun drastis yang menjadikannya presiden amerika dengan popularitas terendah dibandingkan dengan presiden-presiden sebelumnya (dilansir oleh First post, 19 Jul 2017). Dibalik sisi kontoversialnya itu, Trump masih memiliki pengaruh didunia internasional.
Saat kampanye pilpres 2016 silam, Donald trump dengan slogan "make america great again" menyatakan akan mengembalikan era kejayaan amerika terutama dalam bidang ekonomi. Ia berambisi akan memindahkan fasilitas industri yang beroperasi diluar negri ke amerika dan salah satunya perusahaan terbesar didunia saat ini yaitu "Apple Inc". Seperti diketahui, saat ini apple memproduksi hampir seluruh produknya di luar amerika. Yang menarik adalah konsistensi trump ini bukan lelucon atau janji-janji kampanye, seperti yang dilaporkan saat konferensi persnya di gedung putih, Presiden Trump menyatakan bahwa Perusahaan Foxconn akan membangun perusahaan mereka diamerika dengan nilai investasi senilai $USD 10 milliar, yang dalam waktu dekat akan membuka 3.000 lapangan kerja baru dan ini akan diprediksi meningkat menjadi lebih dari 13.000 lapangan kerja baru akan terbuka kedepannya" (Business insider, 26 Juli 2017). Pertanyaannya adalah adalah Siapa Foxconn? Kenapa Foxconn?.
Investasi Foxconn
Seperti yang kita ketahui, Foxconn adalah perusahaan manufaktur terbesar didunia asal Taiwan. Pabrikan yang mendominasi dibidang elektronik ini adalah salah satu perusahaan rekanan dalam memproduksi komponen elektronik pada produk-produk buatan Apple. Saat ini Foxconn beroperasi diberbagai negara seperti india, brasil, jepang, meksiko dan china. Â Journal sentinel (26 juli 2017) melansir bahwa Pabrikan yang meraup keuntungan USD$135 pada tahun 2016 ini dan memiliki pabrik terbesar dichina dengan pekerja sekitar 700.000 orang.
Pemberitan tentang investasi ini menjadi headline di media internasional mengingat rivalitas abadi amerika serikat dan china. Trump yang notabene ingin mempertahankan pengaruh amerika sebagai negara adidaya dan china yang selalu siap merongrong kedigdayaan amerika serikat didunia internasional. Bagaimanapun juga, investasi Foxconn ini direspon dingin oleh pemerintah cina dengan menyatakan bahwa investasi foxconn diamerika tidak  berpengaruh  pada investasi foxconn di cina dan pemerintah cina selalu mendukung keberadaan operasi Foxconn dicina serta kerjasama yang tetap terjalin erat (Majalah The Diplomat, 28 juli 2017).
Saat ini, Foxconn merupakan anak emas yang diperebutkan oleh banyak negara. Walaupun investasi yang akan direncanakan dibangun diwinsconsin ini akan memproduksi panel layar televisi tetapi rencana investasi Foxconn ini bukan yang pertama diamerika. Dilaporkan oleh CNNtech, pada tahun 2013 Foxconn sebelumnya berencana menginvestasikan untuk pembangunan industri diPennysilvania tetapi tidak terlaksana sampai sekarang. Mungkinkah investasi foxconn kali ini ini dapat terlaksana atau merupakan suatu strategi bisnis untuk melindungi kerajaan bisnisnya dari dampak kebijakan ekonomi trump.
Kontroversial Trump berlanjut dengan pola kebijakan ekonomi yang mendapat kritikan dan kecaman dari dunia internasional. Kebijakan ekonomi "proteksionis" memang sudah dinyatakannya saat ia terpilih menjadi presiden amerika pada December 2016 silam. Trump mencuit ditwitter bahwa pemerintah amerika serikat akan mengurangi pajak dalam berbisnis serta akan mengenakan pajak sebesar 35% jika perusahaan menjual produknya diamerika tetapi produksinya diluar negri. Kebijakan ini juga mengakibatkan pembatasan impor barang dari luar negri yang berdampak tutupya perusahaan impor dan pemecatan karyawan. Kebijakan ekonomi proteksionis sendiri mempengaruhi perekonomi global yang sebagian besar masih mengacu pada amerika.
Masa jabatan trump masih beberapa tahun kedepan. Sebagai tokoh yang kerap menuai kontroversi, arah kebijakan ekonomi amerika masih belum pasti. Apakah langkah Foxconn dalam menentukan pilihan investasi di amerika akan diikuti oleh perusahaan besar lainnya? Masih menjadi tanda tanya besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H