Mohon tunggu...
Topik Nugroho
Topik Nugroho Mohon Tunggu... Guru - Blogger

My Site https://www.seputarwisata.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Semarak Ramadan di Perantauan

30 Mei 2019   19:40 Diperbarui: 30 Mei 2019   22:13 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah seorang perantau di daerah kawasan Papua Barat. Disana mayoritas penduduknya beragama Kristen. Meski begitu, masyarakat disana menjunjung tinggi toleransi beragama, tidak ada konflik dan perpecahan antar umat beragama. Disana saling menghormati dan menghargai antar umat beragama. Namun, tetap saja kami sebagai umat muslim merasa kesepian ketika tidak berada di masyarakat yang semuanya muslim.

Saya  sempat mengira kalau di Papua, mayoritas penduduknya adalah orang asli Papua. Namun,ternyata disana banyak sekali pendatang dari bermacam suku.Ada suku jawa, suku bugis, suku batak dan lain sebagainya. Menurut pandangan saya selama di Papua, suku pendatang yang paling banyak di Papua barat adalah suku Bugis. Mungkin karena letak daerah asal mereka yang cukup dekat dengan Papua. Saya menjadi lega, karena merasa banyak orang yang senasib, sama-sama datang sebagai perantau.

Ketika Ramadhan hampir tiba, kekhawatiranpun muncul dalam hati saya. Ramadhan tahun ini akan berbeda dengan ramadhan sebelumnya, biasanya sebelum masuk bulan Ramadhan saya sudah mudik  ke kampung halaman, sehingga saya tidak pernah merasakan ramadhan di Perantauan. Pada tahun ini, saya baru bisa mudik pada pertengahan ramadhan, Jadi untuk pertama kalinya saya merasakan ramadhan jauh dari kampung halaman.

Pada awal memasuki bulan Ramadhan, kekhawatiran saya perlahan memudar. Suasana yang saya bayangkan masjid sepi, jarang mendengar tausiyah, dan tidak ada yang berubah dari kebiasaan sehari-hari. Ternyata bayangan saya salah besar. Disini sangat terasa semarak keberagaman di Bulan Ramadhan. Berbagai suku bangsa sesama muslim meramaikan masjid, mulai dari kajian menjelang buka puasa, tausiyah setelah tarawih hingga lantunan tadarus lepas tarawih hingga larut malam. Pasar sore menjelang buka puasa pun ramai. adanya pendatang dari berbagai suku menyuguhkan berbagai takjil khas bermacam daerah yang diperjual belikan di pasar sore. Ada es pisang ijo, bubur kacang hijau, es cendol, dan berbagai jajanan lainnya. Ramadhan terasa menyenangkan di sana.

Suasana Sholat tarawih, masjid Waisai gak muat/ dok pribadi
Suasana Sholat tarawih, masjid Waisai gak muat/ dok pribadi
Kini saya merasa tidak takut kesepian karena bulan Ramadhan jauh dari kampung halaman. Saya telah membuktikan semarak keberagaman meramaikan Ramadhan di perantauan. Alhamdulillah... semoga semangat yang sama terasa pula di daerah lain di Indonesia. Saya yakin, dengan khas sifat masyarakat Indonesia yang sopan, santun, dan cinta damai akan membuat suasana yang tenteram dan damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun