Waktu setahun terakhir, ada kebiasaan baru yaitu memposting tulisan di Kompasiana, tadinya ragu apakah saya bisa menulis di kanal yang membawa nama besar Kompas, secara bolak balik ngirim tulisan fiksi di Kompas tak pernah dimuat muat, alhasil ada rasa minder bila menulis di Kompasiana, terus perangkat hape pun tak memungkinkan untuk menulis, disamping loginnya dulu susah banget, maka cukuplah menjadi pembaca saja.
Setahun berlalu, nulis di Kompasiana sudah menjadi rutinitas, beragam tulisan telah dipostingkan, sahabat pun bertambah apa lagi saya termasuk 'aktifis nangkring'hehe, maka rasa minder pun musnah secara cepat, sekarang saya menikmati setiap pengalaman menulis di Kompasiana. Dan yang membuat saya terharu adalah ketika para Kompasianer menuliskan bahwa mereka menulis karena terinspirasi oleh tulisan saya, sebenarnya terbalik sih, saya malah suka terinspirasi dengan tulisan teman teman Kompasianer.
Saya terharu saat teman dari Papua yaitu Djarwopapua yang menuliskan pengalamannya selama ngompasiana dalam setahun terakhir, menyebut nama saya dan beberapa kompasianer yang disebut si bung dari Papua ini sebagai inspiratornya, sungguh ini adalah penghargaan yang tulus, makasih bung Djarwopapua,sebenarnya saya malah ngefans ente.
Baru sadar, ada tanggung jawab di balik terpublikasinya sebuah postingan, mungkin benar apa yang dikemukakakn Pak Thamrin Dahlan, biarlah tulisan mengikuti takdirnya. setiap tulisan memang selalu ada muaranya, entah dibaca cuma dua orang saja, admin dan yang nulis, atau di baca jutaan orang seperti punya Pakde Kartono itu, atau diberondong tanda bintang dan tanda ter ter lainnya.
Dari pada liat anggota DPR yang ada ketua tandingan segala,mending ngompasiana dulu ah, mumpung laptop udah bisa dipake lagi karena kemarin kemarin error, yuk nulis yuk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H