Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sepeda Mimpi, Butuh Tiga Dekade untuk memilikinya

21 Maret 2016   23:16 Diperbarui: 22 Maret 2016   11:56 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [/caption caption="Si Biru sepeda mimpi, sepeda bekas yang membuat hati tetap bahagia(dokpri)"][/caption]Mimpi sering kali harus melewati waktu yang begitu panjang, untuk sebuah kepemilikan sepeda saya harus menunggu waktu selama tiga dekade, bukan sebuah hal yang mudah untuk bisa memiliki benda bernama sepeda, namun penantian panjang untuk memiliki sepeda akhirnya kesampaian juga, ah!

Berawal dari sebuah keinginan memiliki sepeda seperti anak anak pada umumnya, namun permintaan untuk memiliki sepeda seolah begitu sulit, banyak jalan berliku, di bumbui sebuah kesedihan yang memaksa untuk hanya bisa memendam keinginan untu memiliki kendaraan roda dua yang untuk melajukan jalannya dengan di kayuh.

Entah kenapa Bapak tak pernah meluluskan keinginan saya untuk memiliki sepeda, yang sangat mungkin adalah faktor ekonomi, itu salah satunya, jika salah satu anak Bapak di belikan sepeda sudah pasti yang lainnya pun akan merasa iri, maka biar pun merengek setengah mati, namun tetap saja Bapak keukeuh nggak mengabulkan harapan untuk memiliki sepeda.

Maka saya pun melupakan keinginan memiliki sepeda, maka di saat teman teman mengayuh sepeda dengan ceria, saya hanya bisa menatap dari kejauhan sambil membayangkan akan memiliki sepeda. Harapan memiliki sepeda serasa begitu dekat ketika saat kelas tiga SD, saat itu Bapak mengadakan acara khitan, pada umumnya anak yang di khitan akan di beri uang, kalau di tempat saya namanya “duit panyeceup” uang agar si anak merasa terhibur setelah melakukan ritual khitan, selain uang, saya pun di beri bakakak hayam, sebuah kenyamanan bagi anak yang baru saja di khitan.

Rencana pasti adalah mengumpulkan uang panyeceup sebanyak mungkin, tamu undangan silih berganti memberikan uang, dan saya kumpulkan di sebuah plastik transparan, plastik pun menggembung dengan uang, rasanya ini adalah saat yang tepat untuk membeli sepeda impian. Namun mungkin bukan rezekinya, uang pemberian tamu undangan malah hilang tak berbekas, saat itu saya menaruhnya di sebuah laci mesin jahit kepunyaan Ibu, namun mungkin saat banyak tamu hilir mudik, ada saja yang jahil mengambil uang panyeceup.

Akhirnya mimpi membeli sepeda pun buyar, uang hilang sepeda pun tak bisa terbeli, sedih sekali rasanya bila mengenang pengalaman gagalnya memiliki sepeda impian, tetapi memang tak semua mimpi harus teraih. Mimpi memiliki sepeda tak pernah padam, meski tak punya saya terus belajar naik sepeda, mula mula memang terasa berat, namun belajar sepeda terus di lakukan, tetapi satu kali pernah saat belajar bersepeda namun rem sepedanya blong, sialnya lagi pas di turunan yang sedikit curam, sepeda pun meluncur deras, kontan terpelanting dari sepeda dengan menorehkan luka di dengkul sehingga berjalan pun serasa sangat susah.

Menggunting Aneka Gambar Sepeda, Merajut Mimpi Punya Sepeda

Setelah insiden terjatuh di sebuah turunan curam, ada rasa trauma mendera, namun keinginan memiliki sepeda terus berkobar, kompensasinya saya mulai tergila gila dengan gambar maupun artikel tentang sepeda, dulu di tabloid Bola yang terbit setiap hari Jum’at ada artikel tentang seputar sepeda yang di asuh oleh pembalap sepeda kenamaan Indonesia, Puspita Mustika Adya, beliau pembalap hebat di zamannya, dalam berbagai ajang balap sepeda nama Puspita Mustika Adya selalu menjadi juara.

Rubrik ini sangat di tunggu tunggu, meski harus berkorban menyisihkan uang jajan untuk beli tabloid Bola, namun senang rasaya bisa membaca ulasan Bung Puspita seputar sepeda, pernak pernik perlengkapan sepeda, detail harga dan cara merawat sepeda, di kupas tuntas, dan saya pun rajin mengkliping semua ulasan tentang sepeda, gambar gambar sepeda menjadi buruan koleksi, besar harapan di satu ketika sepeda yang saya inginkan bisa terbeli.

Meski akhirnya mimpi membeli sepeda seakan terus menjauh, namun dalam do’a do’a selalu terselip bahwa satu ketika sepeda yang di impi impikan menjadi sebuah kenyataan.Namun waktu terus berjalan, detik demi detik, hari demi hari, dan tahun terus berganti, sepeda serasa sebuah utopia, tak pernah terbeli, tak pernah tersentuh, pahit terasa saat hanya bisa menatap sepeda di balik sebuah toko yang memajang keberadaannya.

Bersyukur Akhirnya Punya Sepeda Jua          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun