Jadi teringat akan artikel di tabloid Bola tahun 1990 saat si wartawan satu pesawat dengan atlet nasional seusai pelaksanaan Asian Games di Beijing, tak ada diskusi kenapa China begitu digdaya di setiap cabang olahraga, saat pulang malah wartawan mendengarkan si atlet bernyanyi dengan lagu sendu, dan inilah yangmenjadi keheranan wartawan tersebut, mengapa tak ada menampakan kesedihan saat tak bisa meraih medali,padahal mereka adalah duta bangsa dan setiap keping medali yang harusnya di raih adalah uang rakyat yang mereka nikmati saat di pelatnas.
Dan selama dua dekade terakhir prestasi olah raga nasional cenderung mengalami kemunduran, hanya bulu tangkis yang kerap menyelamatkan muka Indonesia di saat paceklik medali emas, pernah sekali Indonesia mencicipi manisnya runner up perolehan medali, itu pun sudah lama sekali, ya tahun 1962 tim merah putih mampu mengumpulkan 11 emas, 12 perak dan 28 perunggu, raihan ini tak bisa di ulangi lagi hingga kini, bahkan saat Asian Games di Doha tahun 2006, Indonesia hanya mampu mendulang 2 emas, 3 perak dan 15 perunggu.
Indonesia selalu keteteran dalam perolehan medali di Asian Games oleh negara negara seasean, Thailand, Malaysia kerap mempecundangi perolehan medali tim merah putih. Ada apa dengan dunia olah raga nasional kita, saat Indonesia di titik terendah secara suhu politik tanah air di tahun 1998, saat Thailand menjadi tuan rumah ,Indonesia mampu menyabet 6 emas, 10 perak dan 11 perunggu. Inilah raihan medali yang lumayan banyak, setelah itu Indonesia hanya mampu meraih hasil maksimal emas di kisaran 4 keping saja.
Di Asian Games Incheon 2014, perolehan emas baru 3 medali emas, dua dari bulu tangkis dan satu dari atletik, semoga di sisa waktu ini, tim garuda mampu meraih emas demi emas. Melihat gelagat mundurnya prestasi olah raga nasional, sudah semstinya ada revolusi besar besaran untuk atlet atlet nasional, salah satunya adalah digalakkannya kembali minat anak sekolah untuk menjadi atlet, dan atlet yang berprestasi di ajang Olimpiade, Asian Games maupun Sea Games di hargai dengan nilai yang sepantasnya dan kalau bisa mereka mendapatkan pensiunan.
Dan di tahun 2018, Indonesia akan menjadi tuan rumah, mampukah ulangan prestasi tahun 1962 akan terwujud, paling tidak raihan emas di tahun 1962 dengan 11 emas mampu dilewati? Ataukah prestasi olahraga multi event akan terus mengandalkan bulu tangkis semata, sudah saatnya dunia olah raga nasional , bangkit dari tidur panjangnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H