[caption id="" align="aligncenter" width="612" caption="Lagu Buka Dikit Joos Juwita Bahar menjadi lagu pembuka di panggung kampanye PDIP, di lapangan GOR Cendrawasih, Jakarta Barat, Minggu (16/3/2014). Ilustrasi/Admin (Tribunnews.com)"][/caption] Gegap gempita pemilu 2014 telah kita rasakan, dua belas kontestan peserta pemilu telah pasang kuda-kuda, namun sebenarnya pola kampanye dari tahun ke tahun tidak ada perubahan yang signifikan, nyaris semua partai memiliki kesamaan visi saat berkampanye, lho kok bisa? Perhatikan saudara-saudara, setiap kampanye, nyaris semua partai melakukan hal yang serupa, di tempat terbuka, ada tenda dan panggungnya dan tak dipungkiri hanya yang membedakan adalah warna dari panggung itu sendiri, ada biru, kuning, merah, oranye, putih, hijau persis lagu Balonku yang legendaris itu, dan warna warna khas partai peserta pemilu. Namun, yang sama persis adalah ketika berkampanye pasti ada yang ditunggu-tunggu yaitu, jurkamkah? Bisa iya bisa tidak. Yang jelas ada event yang sangat dinanti, apa lagi kalau bukan penampilan penyanyi dangdut. Coba ketik saja di Google dengan kalimat 'penyanyi dangdut dalam kampanye', maka muncullah berita-berita seputar aktivitas para biduanita dangdut dalam kampanye, bahkan saat saya cari tentang berita penyanyi dangdut dalam berkampanye. Ada sebuah berita online mewartakan, dalam sehari tiga kali penyanyi dangdut berkampanye di tiga tempat dengan tiga partai berbeda... ckckckckck... luar biasa! (sumber) Dan masih banyak berita yang menyebutkan bahwa penyanyi dangdut kebanjiran order saat musim kampanye. Bukan salah penyanyi dangdut memang, namun kita mempertanyakan pola kampanye yang diusung parpol peserta pemilu ini, adakah hal yang mencerdaskan dan bisa menghindari kampanye dengan hiburan yang cenderung tak menyentuh akar masalah? Bisakah parpol membawa aura kecerdasan kepada para pemilih dan pendukungnya, menjual program kampanye yang mampu sejahterakan rakyat, ataukah memang inilah yang dikehendaki rakyat Indonesia, bodo amat dengan program-program partai, yang penting 'Pokoknya Joget'! Dan inilah potret demokrasi di wajah kita, pantas saja pada akhirnya, di kemudian hari banyak terbetik berita sang legislator ditangkap KPK, ongkos demokrasi memang terlalu mahal dan jika nantinya ada korupsi maka itu sudah menjadi keniscayaan. Kampanye belum usai, masih menunggu, partai apa saja yang cukup elegan mengemas kampanyenya menjadi kampanye yang memberikan pencerahan. Dan kita masih menunggu partai partai apa saja yang tetap memiliki pola kampanye dengan memobilisasi massa dengan cara mengundang biduanita dangdut. Kalau sudah begini, kayaknya saya menyimpulkan bahwa pemenang pemilu yang sesungguhnya adalah penyanyi dangdut yang ketiban orderan besar saat kampanye. Selamat ya Neng, panggung ini milik si Eneng yang cantik dan goyangan asoy. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Penyanyi dangdut menunggu giliran menyanyi(sumber photo:newsdetik.com)"]
![](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/5561bc9e0423bd89468b4568.jpeg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI