Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngobeng, Tradisi Saling Membantu Saat Hajatan

24 Juli 2016   17:48 Diperbarui: 24 Juli 2016   18:00 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Ngobeng masih terus di jalankan, gotong royong ala orang desa(dok poto Ya Yanto

Di setiap keriaan atau hajatan pasti ada kesibukan, mulai mengatur dekorasi, menyiapkan pernak pernik untuk perhelatan semisal siap tidaknya balandongan alias tenda untuk para tamu, kursi hingga mempersiapkan stok makanan yang akan di hidangkan nantinya, semua itu perlu penanganan detail agar hajatan lebih teratur dan juga tentunya lancar adanya. Besok adalah hajatan yang akan di gelar oleh kuwu Rajawetan, Dedi Ruslan, acara nyepitan alias khitanan cucu tercinta, maka persiapan pun di rencanakan matang matang agar khitanan berlangsung lancar jaya.

Beruntung di desa Rajawetan dan juga di desa desa sekitarnya mempunyai sebuah tradisi yang di sebut ngobeng, meski sebutan ngobeng lebih dekat dengan salah satu peralatan montir yaitu obeng, ngobeng di sini mempunyai arti yaitu membantu yang empunya hajat, kalau kaum ibu ibu sering kali ngobeng untuk urusan dapur, mempersiapkan bahan mentah untuk di jadikan penganan, ada yang membantu mengiris bawang, memarut kelapa dan segala tetek bengek yang menyangkut dapur. Sedangkan kaum prianya lebih banyak untuk persiapan membuat balandongan atau pun persiapan keamanan bila hari H telah tiba.

Ngobeng sering kali seharian di lakukan, karena itu ibu ibu yang ikut ngobeng biasanya sore hari akan mendapatkan 'anteran' dari si empu hajat sebagai tanda terima kasih dan juga bagian dari kepedulian karena yang ikut ngobeng terpakas tidak memasak untuk keluarganya. Selain ngobeng biasanya yang punya peralatan memasak akan suka rela meminjamkan barang barang yang di perlukan si empu hajat seperti dandang, sangku untuk tempat nasi, panci dan lain sebagainya, syukurlah tradisi ngobeng atau membantu di tempat punya hajat masih terus di lakukan, semangat gotong royong ternyata masih ada dan terusa ada dan ini merupakan sebuah kesepakatan yang tidak tertulis dan sangat di patuhi oleh warga desa.

Siapa pun yang punya hajat maka tradisi ngobeng akan terus berjalan, semoga gotong royong ala desa Rajawetan terus di pertahankan karena tradisi ini sangat baik karena tanpa bantuan dari tetangga maka di pastikan si empunya hajat akan merasa kerepotan. Kalau ada yang hajatan maka teringat kembali ke masa kecil saat menanti hari H, maka suasana rumah yang punya hajat akan lebih semarak, ada istilah lek lekan atau begadang menjelang hajatan, maka di sana di pastikan banjir penganan tradisional bernama papais monyong, papais geplek, rengginang, tumpi. Rasanya seru aja dapet makanan secara gratisan, duh jadi teringat kembali masa masa indah itu, hidup Ngobeng, hidup gotong royong.

                                                                                 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun