[caption id="attachment_383330" align="aligncenter" width="300" caption="Seminar Nasional yang diselenggarkan Kompasiana,selamatkan sumber daya alam(dokpri)"][/caption]
Nusantara diberkahi dengan banyaknya sumber mineral yang terkandung di dalam perut bumi, hampir semua sumber daya utama yang digunakan untuk kemaslahatan umat, ada dan bisa dihasilkan dalam ekplorasi, mulai dari mangan, besi, baja, gas maupun minyak bumi namun dalam perjalanannya,limpahan dan juga rahmat dari sang Maha Kuasa yang ada diperut bumi nusantara tak sepenuhnya dikelola oleh bangsa sendiri, dalam masa penjajahan, kebijakan ekplorasi tentunya bangsa penjajahlah yang mengeruk keuntungan dari melimpahnya hasil bumi nusantara.
Dan di masa era kemerdekaan, mimpi sejahtera tentu saja bukan sebuah pepesan kosong, ada harapan dari para pendahulu bangsa, dengan suburnya bumi nusantara, apapun bisa dihasilkan baik diatas tanah maupun di dalam tanah, tetapi dalam perjalanan republik ini selama hampir 70 tahun merdeka, kebebasan berekplorasi tak sepenuhnya menjadi milik mutlak bangsa ini, masih banyak blok blok migas yang masih dikelola oleh perusahaan yang bukan milik bangsa ini.
Titik balik dari ekplorasi yang akan dikelola oleh anak negeri, yaitu pengelolaan blok migas Mahakam, pada tahun 2017 nanti, kontrak ekplorasi blok Mahakam yang kini dikelola oleh Total E&P Indonesie dari Prancis dan juga Inpex Corp dari negeri samurai Jepang akan berakhir, inilah pintu menjaga marwah bangsa, bahwa semestinya apa yang kita punya sebisa mungkin kita kelola untuk kesejahteraan rakyat pada umumnya.
Pada tanggal 13 April 2015 lalu, saya bersama para Kompasianer lainnya dan juga rekan mahasiswa dan awak media menghadiri sebuah Seminar Nasional Kompasiana yang dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dibidangnya, ada menteri ESDM yaitu Bapak Sudirman Said sebagai pembicara kunci, Awang Faroek Ishak sebagai gubernur Kalimantan Timur, Syamsu Alam yang menduduki pos Direktur Hulu Pertamina, pakar migas Bapak Andang Bahtiar, serta ketua DPD RI Bapak Irman Gusman. Dalam seminar yang diadakan di Hotel Santika Premiere dan dimoderatori oleh Helmi Yahya, sebagai kompasianer yang mengikuti seminar ini, ada satu hal yang begitu menyentuh rasa nasionalisme, seharusnya bangsa ini mampu mengelola aset aset berharga dengan tangan sendiri dan hasilnya bisa sejahterakan rakyat bukan dengan retorika, kita bisa kok!
Dalam seminar nasional, menteri Energi Sumber Daya Mineral, Sudirman Said mengatakan bahwa banyak sumber energi terbarukan dan semestinya kita fokus untuk membangun energi terbarukan karena energi fosil yang digunakan saat ini sudah dalam kondisi mencemaskan,karena cadangan pun cenderung menurun, satu ketika migas pun akan habis,di kelistrikan pun mengalami krisis karena hanya 50 % saja kemampuan listrik berjalan normal, sudah saatnya pemerintah bekerja keras memperbaiki fundamental migas nusantara.
Sedangkan Ketua DPD RI, Irman Gusman menyoroti bahwa kekayan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia janganlah menjadi semacam kutukan, potensi sumber daya alam malah menjadi petaka bagi rakyat jika salah dikelola, alih alih sejahtera malah kehidupan rakyat tidak membaik karena kesalahan dalam mengelola, sudah saatnya putra putri terbaik bangsa ini mengelola ladang ladang migas di seluruh nusantara, dan hasilnya tentunya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, dengan spirit pasal 33 di UUD bahwa kekayaan alam Indonesia semestinya untuk rakyat, setelah hampir 50 tahun lebih pengelolaan sumber daya alam diserahkan kepada asing, waktunya kini bangsa sendiri mengelola, sudah saatnya bahwa Blok Mahakam dikelola BUMN yaitu Pertamina untuk mengelolanya, karena ahli ahli Indonesia pun sudah pasti bisa.
Sebagai orang bersentuhan langsung dengan blok Mahakam, gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak memaparkan bahwa Kalimantan Timur lumbung energi nasional dengan memiliki sejumlah potensi energi tak terbarukan mulai dari batubara, minyak bumi , gas bumi, gas metana batu bara, untuk batu bara misalnya, cadangan batu bara 8,82 miliar ton dengan produksi 249,2 juta ton atau 65% dari total produksi nasional.
Cadangan minyak bumi 514 juta barel,menyumbang 11 % dari produk nasional dengan produksi 35,21 barel yang memberikan kontribusi 13,15 % dari produk nasional, selain itu Kaltim pun memiliki cadangan gas bumi yang sangat besar, belum lagi gas metana batu bara yang begitu melimpah dan memberikan andil sumbangan 23,5% dengan cadangan 108,3 TSCF, namun ironinya Kalimantan Timur malah mengalami krisis energi terutama listrik, kota kota besar di Kalimantan Timur sering mengalami byar peet, alias sering mati lampu dan ini merupakan sebuah ironi bagi daerah yang disebut lumbung energi nasional.
Widyawan Prawiraatmaja yang juga Kepala Unit Pengendalian Kinerja Kementerian ESDM mengatakan bahwa agar aspirasi daerah terakomodasi, seperti blok Mahakam yang boleh dibilang menjadi blok terbesar dalam produksi migas, dan daerah dimana blok tersebut menikmati juga dari hasilnya, dan nantinya jika blok Mahakam dikelola oleh Pertamina secara penuh, selayaknya Kalimantan Timur pun mendapatkan hasil yang sepadan.
Ketika Syamsu Alam diberikan waktu oleh moderator acara, Direktur Hulu Pertamina ini menyampaikan bahwa Pertamina sangat siap mengelola Blok Mahakam, dan sebagai perbandingan saat proses transisi kepemilikan di lepas laut Jawa, Pertamina pun telah melakukannya dengan mudah dan tak ada gangguan, meski begitu Syamsu berpandangan bahwa sangat mungkin adanya penurunan produksi karena rata rata sumur minyak yang tersebar di nusantara adalah sumur sumur tua tapi tak menyurutkan Pertamina untuk mengekplorasi.
Dalam seminar nasional Kompasiana yang bertajuk Penyelamatan Sumber Daya Alam Migas Di Indonesia, hadir Andang Bahtiar sebagai pakar migas, pria berambut putih ini membangkitkan rasa nasionalisme yang begitu besar, bahwa sebenarnya Indonesia sangat mampu, jangan pernah berpikir bahwa republik ini tak memiliki teknologi untuk melakukan ekplorasi,teknologi migas Indonesia ada, dan sumber daya alam dan manusia yang begitu melimpah, tenaga kerja di blok Mahakam adalah rata rata merah putih atau pekerja Indonesia, atau ada yang menyebutkan 96 % tenaga kerjanya adalah orang Indonesia.
Namun yang perlu digaris bawahi bahwa jangan sampai tenaga kerja ini malah ‘lari’ setelah Pertamina akan mengelola, ini sebuah kerugian bagi bangsa Indonesia. Pengamat Migas dan juga sekjend Asosiasi Daerah Penghasil Migas mengatakan, jika memang Pertaminaatau pun pemerintah serius mengelola blok Mahakam jangan lagi ada negoisasi apapun dengan pihak yang selama ini melakukan ekplorasi, pointnya adalah kelola saja sendiri dan manfaat dari pengelolaan seutuhnya nanti untuk kesejahteraan.
Jangan lupa bahwa faktor lingkungkan juga diperhatikan, masalah K3S juga semestinya dipikirkan agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Menurut saya dari beberapa nara sumber dalam seminar yang diselenggarakan Kompasiana, Andang Bahtiar memberikan kesan khusus, seharusnya memang pemerintah memiliki keberanian untuk melakukan evaluasi terhadap kontrak kontrak untuk blok blok migas yang ada di Indonesia.
Dengan banyaknya blok migas yang ada di nusantara, tercatat tak kurang dari 23 blok migas, namun pada kenyataaannya bahwa pengelolaan tersebut tak sepenuhnya di kelola oleh bangsa sendiri, ini adalah sebuah kenyataan yang memang terasa menyesakan, bukan blok blok migas semata yang tidak dikelola sepenuhnya oleh bangsa sendiri, tambang tambang mineral lain pun banyak diserahkan kepada penambang dan korporasi asing, Indonesia sudah merdeka 70 tahun namun dengan banyaknya konsesi konsesi pertambangan dan juga migas di kuasai asing, kini semestinya republik ini bisa mengelola kekayaan negeri ini, di kelola dengan manfaat sebesar besarnya bagi sejahteranya rakyat Indonesia yang berjumlah duaratus juta jiwa lebih.
Sebagai contoh untuk Wilayah Kerja blok Mahakam yang secara mengagumkan memberikan kontribusi sebesar 1,6 milyar kaki kubik gas dan kondensat 67 kilo barel setara minyak perhari, hitungan wow ini semestinya juga dinikmati oleh masyarakat Kalimantan Timur, namun apa daya harapan tetaplah harapan, namun kini harapan akan menjadi kenyataan bila nanti 1 Januari 2018, Pertamina yang menjadi pengelola penuh blok Mahakam akan memberikan kontribusi kepada daerah bersangkutan, bukan melulu share 70% untuk daerah dan selebihnya pusat, ada hal agar daerah penghasil migas lebih diperhatikan.
Sudah Saatnya Berdaulat Di Industri Migas
Ekplorasi minyak dan gas di bumi nusantara bukanlah cerita baru, bahkan ladang sumur migas di nusantara termasuk ladang sumur tertua di dunia, bayangkansaja pada tahun 1870 ketika nusantara masih dalam cengkeraman penjajahan Belanda, ladang sumur telah diekplorasi, pada tahun 1893 terjadi pengeboran sumur Ledok 1 di daerah Cepu yang dilakukanRoyal Dutch/Shell DPM(Dordtsche Petroleum Maatscappij, inilah cikal bakal ekplorasi minyak bumi di Indonesia.
Dan di era pasca Indonesia merdeka, perekplorasian minyak gas dan bumi terus berlanjut, dan tentu saja itu melibatkan sumber daya manusia dari orang Indonesia, kini sudah saatnya Indonesia mampu berdiri sendiri untuk mengolah hasil bumi di perut nusantara dan memaksimalkan hasilnya untuk kepentingan rakyat Indonesia, bila tahun ini ada tumbuh kesadaran untuk menyelamatkan hasil sumber daya alam, memang rasanya terlambat, mengapa harus menunggu 70 tahun, kemana kita selama ini?
Lebih baik terlambat atau tidak sama sekali, drama penyelamatan sumber daya alam menjadi sangat penting karena saat ini memang sumber sumber migas baru belum diketemukan secara signifikan, adapun untuk ladang migas yang terlanjur dengan kontrak jangka panjang mungkin kita hanya bisa menunggu hingga kontrak tersebut berakhir, semoga pemerintah sekarang bisa mengoptimalkan kekayaan kekayaan nusantara.
Dalam seluk beluk migas pun, BUMN milik pemerintah yaitu Pertamina, dalam sejarah panjangnya selama lima dekade lebih telah memberikan kontribusi signifikan, teknologi yang dimiliki Pertamina tidaklah kalah saing dengan perusahan perusahaan pengeboran minyak kelas dunia, bahkan prestasi Pertamina adalh prestasi berkelas dengan masuk urutan 122 dalam Fortune Global 500 pada tahun 2013, ini bukti bahwa Pertamina adalah perusahaan yang diakui secara internasional.
Rasanya agak aneh bila tidak ada penyelamatan sumber daya alam di Indonesia, apa yang kita takutkan? Tentu sebuah ketakutan yang tak beralasan bila menganggap BUMN plat merah Pertamina tak bisa bekerja untuk ekplorasi di negeri sendiri, setelah hampir tujuh dekade merdeka, saatnya kita pun merdeka mengola sumber daya alam nusantara namun jangan sampai kepentingan rakyat terlupakan.
Pertamina bergiat di bidang energi dan petrokimia, dengan daerah operasi hulu dan hilir dengan ditunjang beberapa anak perusahaan, dengan 7 Daerah Pengusahaan Hulu, Pertamina sangat mampu menerima kepercayaan untuk memberikan kontribusi positif dalam ekplorasi gas dan minyak bumi, bahakan gubernur Kalimantan Timur percaya 100% bahwa Pertamina sangat mampu untuk menerima tongkat estafet sebagai operator di blok Mahakam.
Sebagai perusahaan berkinerja baik, terbukti Pertamina mampu meraup laba bersih sebesar US$ 2,7 Milyar, dengan jumlah asset US$ 40,9 Milyar dan pendapatan US$ 70,9 Milyar(tahun 2012), ini membuktikan bahwa Pertamina sangat siap untuk menyelamatkan sumber daya alam di nusantara, pengalaman dan juga integritas Pertamina tak diragukan lagi untuk bangsa ini.
Semoga blok blok lain akan dikelola oleh anak negeri, dan bila itu terjadi, tak sia sia pula para founding father bangsa ini berjuang untuk mengusir penjajah, meski kin keadilan dan kesejahteraan belumlah didapat, namun bila drama penyelamatan sumber daya alam nusantara terus dilakukan bukan mustahil cita cita dan impian mereka dapat terwujud, dan itu sangat bisa dan mungkin terjadi.
Apapun hasilnya nanti, kita tetap menaruh respek bahwa pemerintah kini peduli dengan aset aset berharga yang ada diperut bumi, diatas bumi, di bawah lautan, diatas lautan, bahwa semua itu hakikatnya untuk memberikan rasa sejahtera bagi seluruh rakayat Indonesia, agar sila kelima yang bersimbolkan padi dan kapas, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia benar benar terwujud.
Bila bukan sekarang kapan lagi menyelamatkan sumber daya alam nusantara, bila bukan kita oleh siapa lagi mengelola sumber daya alam, setelah blok Mahakam di kelola pada tahun 2018 nanti, menyusul blok blok lainnya yang akan kembali kepangkuan ibu pertiwi, inilah Indonesia yang sebenar benarnya, Indonesia yang berdikari atau berdiri diatas kaki sendiri, dengan segala resiko dan tanggung jawab, saya meyakini Pertamina akan mampu menjadi tuan rumah diladang minyak dimanapun di wilayah nusantara, mulai dari Sabang hingga Merauke, jayalah terus negeriku, makmur bersama sama, sejahtera pun bukan impian belaka.Karena kita adalah Indonesia yang berdiri kokoh dan bangsa yang mandiri untuk ketahanan energi.
[caption id="attachment_383331" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana Seminar Nasional Kompasiana yang diselenggarakan tanggal 13 April 2015(dokpri)"]
[caption id="attachment_383332" align="aligncenter" width="300" caption="Kompasianer sedang asyik menyimak penuturan nara sumber(dokpri)"]
[caption id="attachment_383333" align="aligncenter" width="300" caption="Betawi 3, Hotel Santika tempat acara seminar berlangsung(dokpri)"]