Kalau menyaksikan film film Hollywood, perhatikan deh pada setiap beberapa detik atau menit, pasti di shot ada bendera 'star strip banner', ya bendera negara Amerika Serikat sedang berkibar, entah itu film bergenre komedi, horor atau sain fiksi sekalipun, dan film film Hollywood menjadi industri raksasa, bahkan studio fim semisal Universal Studio mampu mendirikan semacam taman bermain yang membuat penasaran para wisatawan untuk berkunjung ke negeri Paman Sam, begitu juga Walt Disney dengan karakter Mickey Mouse, Donald Duck dengan Disneyland yang yang mampu mengeruk wisatawan manca negara untuk berbondong bondong ke negerinya Obama.
India pun dengan industri filmnya yang kita kenal sebagai Bollywood, pesona pegunungan dengan rumput yang menghijau, aneka tarian serta busana yang begitu menggoda membuat penasaran para pecinta film India untuk segera berkunjung ke negerinya Shah Rukh Khan.
Bagaimana dengan negeri kita Indonesia? Film Indonesia dalam satu dekade terakhir memang mengalami kemajuan pesat, beragam genre film di buat oleh sineas sineas tanah air, adakah yang berkolerasi dengan jumlah kunjungan wisatawan dengan boomingnya sebuah film?
Sebuah pertanyaan yang menarik sebenarnya, masih ingatkah dengan Film Laskar Pelangi beberapa tahun lalu? Sebuah film yang diangkat dari sebuah novel karya Andrea Hirata yang menduduki buku best seller nasional dan akhirnya dijadikan film yang juga menyedot penonton, sesudahnya ada rasa penasaran untuk para penonton, akhirnya Pulau Belitung menjadi sebuah tujuan wisata yang menjadi incaran para pelancong lokal, maka inilah yang disebut sinergi yang saling menguntungkan.
Dan saat menonton film Pendekar Tongkat Emas, betapa kekuatan setting cerita yang berlatar pemandangan pulau Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur, langit biru yang ditemani arakan awan putih, derap kuda dengan hamparan sabana rumput yang begitu elok, lanskap sungai dan gunung begitu anggun, hati siapa yang tak ingin menuju ke sana, dan lewat filmlah sebenarnya potensi wisata dan terus berkembang, apalagi Indonesia punya spot wisata yang beragam dan di sinilah nilai plus dari sebuah film untuk memajukan wisata tanah air.
Bila di garap dengan serius, film menjadi sebuah bentuk atraksi budaya yang semsetinya menunjang sektor pariwisata tanah air, semakin film banyak dibuat dengan beragam setting di seluruh tempat Indonesia, semakin banyak peluang untuk maju dan berkembangnya sektor industri kreatif bernama pariwisata tanah air, dan di sinilah ekonomi kerakyatan akan semakin berkembang, industri pariwisata yang banyak berkaitan dengan industri lain bisa bersinergi, hotel pun akan banyak di isi dengan orang orang yang butuh tempat tinggal sementara, sektor kuliner pun akan berkembang karena biasanya baik wisatawan lokal maupun mancanegara pasti penasaran dengan kuliner daerah yang mereka singgahi.
Belum lagi beragam cindera mata yang nantinya akan menjadi oleh oleh yang dibawa pulang oleh para pelancong, setiap keuntungan dari kunjungan wisatawan tentunya memberikan banyak peluang bisnis dan sangat mungkin menambah pendapatan penduduk lokal yang nanti akan meningkatakan taraf kehidupan mereka. Dengan film sebagai alat propaganda budaya, sudah selayaknya film Indonesia harus lebih diperhatikan.
Untuk beberapa tahun ini, film Indonesia dengan setting yang beragam, semestinya mampu menjawab sebuah tantangan, Indonesia memang layak untuk di kunjungi, sebagai contoh film terbaik FFI 2014, Cahaya Dari Timur yang bercerita tentang sebuah geliat anak anak Maluku di kancah sepak bola, dengan latar budaya Maluku, ini bisa dioptimalkan untuk perkembangan pariwisata Maluku yang dikenal dengan beragam pantainya yang mempesona.
Atau di film Tabula Rasa, sebuah film yang unik tentang kuliner Padang, kita mahfum bahwa rendang adalah makanan nomor satu yang paling lezat di dunia, lewat film pula sebenarnya kita mampu mengenalkan beragam masakan Indonesia yang jumlahnya tidak terhitung, ini modal besar bagi dunia pariwisata tanah air. Tinggal kemauan bangsa inilah yang semestinya harus diperhatikan.
Film film produk nasional adalah gerbang awal untuk bangkitnya dunia pariwisata Indonesia, lewat film pula jendela Indonesia di buka dengan selebar lebarnya, film membutuhkan satu tempat bernama bioskop dan kendala utama di Indonesia adalah semakin seringnya mendengar berita bahwa penutupan bioskop bioskop di daerah daerah, sebagai erbandingan, tahun 1995, di Cikarang saja ada 3 bioskop yang memutar film, setiap akhir pekan luberan penonton memenuhi ketiga bioskop itu, namun kini bioskop di Cikarang menjadi gedung tua yang tak terawat, ini sebuah pekerjaan rumah bagi pemerintah, bagaimana pun film sedikit banyaknya mampu membangkitkan minat turis untuk lebih mengetahui detail wilayah yang menjadi setting sebuah film.
Nuansa panorama Indonesia begitu penuh pesona, ujung Sumatera hingga Papua sangatlah layak untuk di singgahi,klik disini. Maka kita akan tahu betapa seharusnya kebanggaan akan Indonesia begitu layak kita sandang. Yang bisa pemerintah lakukan adalah mendukung penuh gairah perfilman Indonesia, saat presiden Jokowi menghadiri Festival Film Indonesia di Palembang beberapa waktu lalu, ada harapan agar pemerintah memang layak mendukung bangkitnya dunia sinema Indonesia, namun kehadiran presiden jangan hanya menjadi euforia insan perfilman, dukungan pemerintah sangatlah segera dan diperlukan agar film Indonesia lebih maju dan di simpul akhirnya adalah sebagai duta bangsa dan menjadi tersinergikan dengan industri pariwisata tanah air.