Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memilih Strategi Efektif Untuk Menekan Laju Kelahiran Dari Masa Ke Masa

10 Oktober 2014   08:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:38 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membincang tentang strategi untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia memang seperti menatap sejarah panjang dari perjalanan republik Indonesia ini, mungkin tak takdir bahwa pria dan perempuan Indonesia di anugerahi kemampuan meneruskan generasi berikutnya dengan kesuburan yang tinggi, apa lagi ada adigium bahwa banyak anak banyak rezeki semakin membuat angka kelahiran tinggi, namun di balik itu semua, di masa datang ledakan penduduk pun akan mengintai.

Maka pemerintah Indonesia baik itu di masa orde lama, orde baru dan pasca runtuhnya orde baru atau masa reformasi, ada berbagai strategi untuk menekan jumlah kelahiran,paling tidak dengan anak sedikit kualitas kehidupan akan lebih baik, dan sebenarnya pun anak lahir juga memiliki rezekinya masing masing. Dan gerakan keluarga berencana pun pernah divisualkan dalam bentuk uang koin.

Koin 5 rupiah bergambar keluarga berencana(dok: www uang-kuno.com)

Jalan berliku keluarga berencana di Indonesia di mulai dengan adanya Perkumpulan Keluarga Berencana  pada tanggal 23 Desember 1957, namun baru satu dekade berikutnya Perkumpulan ini diakui sebagai badan hukum oleh departemen kehakiman. Momentum orde baru yang saat itu menggantikan rezim orde lama memberikan angin segar bagi perkembangan badan yang mengatur ritme terwujudnya keluarga sejahtera ini, kongres  nasional  I PKBI dilakukan di jakarta pada 25 Februari 1967.

Diawal orde baru ditetapkan Inpres no 26 tahun 1968 lalu dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional dengan surat keputusan No 36/KP/TS/Kesra/X/1968. Maka dimulailah era untuk menekan laju kelahiran, pengendalian ledakan penduduk yang sangat mungkin terjadi di republik ini, di tahun 70an, 80an serta 90an, gerakan untuk menyadarkan masyarakat Indonesia untuk merencanakan keluarga yang berencana begitu luar biasa, dukungan pemerintah sangatlah memberi kontribusi positif.

Teringat dulu saat Emak mendapatkan piagam penghargaan sebagai peserta KB Lestari dan berhak mendapatkan piagam sert bibit tanaman berupa kelapa hibrida, inilah bukti bahwa saat itu pemerintah begitu memperhatikan gerakan keluarga berencana, dan di zaman orde baru mungkin zaman keemasannya gerakan keluarga berencana, tak heran banyak negara lain ingin mencontoh keberhasilan Indonesia di dalam menerapkan sistem keluarga berencana.

Pelita demi pelita dilaksanakan, dan gerakan keluarga berencana terus ditingkatkan, dan hasilnya pun mulai terlihat, angka kelahiran bayi pun mulai bisa dikendalikan, selain itu tumbuh kembang bayi dan kesehatan ibu mulai mendapatkan perhatian, Posyandu pun menjadi ujung tombak dari sebuah gerakan keluarga berencana.

Namun peta perpolitikan ternyata bisa merubah keadaan, di tahun 1998, era orde baru tumbang, dan euforia pun terjadi dimana mana, peta politik yang dinamis bukan berarti gerakan keluarga berencana lebih terukur, di titik awal reformasi malah inilah titik kritis. Namun beruntung negara ini tak berlarut dalam 'kemunduran' gerakan berencana, dan di awal pemerintahan SBY mulai membangun kembali kekuatan untuk kembali ke track yang benar agar ledakan penduduk bisa dikendalikan.

Kini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional mulai menunjukan gelaiat yang positif, dan inilah sebenarnya yang diperlukan bangsa ini, agar perencanaan pertumbuhan pendudk tidaklah sia sia, dan menghindari kemungkinan laju pertumbuhan pendudk yang tak terkendali, semoga di pemerintahan yang baru, hal ini adalah menjadi perhatian serius, kalau bisa memang harus terus diperkuat agar Indonesia di kedepannya memiliki kualitas sumber daya yang andal, semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun