Kuliah di mana pun bisa di era digital(dok harukaedu.com)
Tak mudah bagi orang tua untuk menghantarkan anaknya menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dengan keterbatasan harta yang di miliki, para orang tua berjibaku membiayai sekolah anak anaknya, tak sedikit pengorbanan mereka agar buah hatinya menikati pendidikan, dengan pendidikan yang cukup maka kemuliaan sebagai manusia yang mempunyai budi pekerti, keilmuan mumpuni dan tentu saja nantinya akan memberi kebanggaan pada orang tua.
Teringat kembali beberapa tahun silam, demi untuk melunasi “uang gedung” yang masih menunggak, Bapak penulis harus merelakan tanah garapan tergadai untuk membayar uang gedung karena syarat mengikuti ujian adalah dengan melunasi semua tunggakan kepada sekolah, betapa sedihnya perasaan saat itu mengetahui hal tersebut namun itulah yang bisa Bapak lakukan kala itu agar anaknya bisa mengikuti ujian di sekolah.
Pendidikan menjadi sangat penting karena dengan pendidikan menuntun orang menjalani hidup lebih baik, betapa banyak para orang tua pun mengikhlaskan kehidupannya dan berkorban begitu banyak agar anaknya bisa mengecap pendidikan lebih baik, dengan biaya pendidikan yang terus membumbung, di butuhkan biaya yang tak sedikit, Mimpi banyak orang tua adalah paling tidak anaknya bisa menempuh pendidikan dan meraih gelar sarjana.
Namun kenyataannya banyak anak anak Indonesia belum mengecap pendidikan tinggi seperti di negara negara maju, data dari Kemenakertrans pada bulan Agustus 2012 memberikan gambaran cukup jelas tentang situasi pendidikan tanah air, dari 118,05 juta tenaga kerja yang terdaftar, 82,10 juta merupakan lulusan SD, 38,57 adalah lulusan SMP, 27,65 juta adalah lulusan SMA, untuk yang meraih gelar di ploma sebesar 3,87 juta dan yang bertitel sarjana 8,17 juta. Lulusan sekolah dasar mendominasi angkatan kerja di Indonesia.
Tingkat pendidikan rendah dan berujung dengan rendahnya penghasilan merupakan sebuah perhatian penting bagi bangsa ini, apalagi Masyarakat Ekonomi ASEAN telah berlangsung, mau tidak mau bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri, tanggung jawab pendidikan menjadi sangat penting bagi kita semua, baik pemerintah maupun masyarkat pada umumnya.
Jangan Terpesona Gelar Dan Ijazah”Aspal” ,Mewaspadai Universitas Bodong
Gelar akademik bagi sebagian besar masyarakat Indonesia begitu penting, dalam berbagai undangan pernikahan, sering kali nama mempelai menyandingkan gelar akademik yang di dapatkannya di perguruan tinggi di sematkan, sah sah saja memang dan tak ada larangan untuk hal tersebut. Pun saatnya pemilihan kepala daerah, pemilihan calon anggota legislatif maka Komisi Pemilihan Umum akan memverifikasi calon calon tersebut beserta ijazah yang pernah mereka dapatkan.
Namun banyak juga akhirnya ketahuan bahwa gelar akademik yang di sandang malah ijazah Aspal alias aseli tapi palsu, dan kuliahnya pun di sebuah univeristas abal abal yang tak jelas letak kampusnya dan siapa pengajarnya, sebuah ironi memang bila seorang calon wakil rakyat atau kepala daerah tak jujur tentang biodata di mana ia bersekolah dan di mana ia kuliah.
Awal tahun 2016, Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi melalui menteri Bapak Muhammad Nasir menyatakan bahwa ada 103 perguruan tinggi swasta telah di tutup karena tidak memenuhi syarat minimal sesuai peraturan yang berlaku. Godaan meraih titel sarjana secara instan memang kerap terjadi di negeri ini, ijazah seakan bisa di beli dengan segepok uang tanpa peduli bahwa jalan tersebut adalah upaya lancung yang sangat memalukan.