Â
Â
Jakarta adalah kota sarat sejarah, dari sebuah bandar pelabuhan yang sibuk yang bermuara di sungai Ciliwung, menjadi Jayakarta yang berarti ‘kota kejayaan’dan bermetafora dalam sebutan yang lebih ringkas menjadi kota Jakarta. Dari zaman dahulu saat pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan pelabuhan lada yang sibuk sebagai komoditas utama, selain itu alur barang mulai dari porselen, sutra, kain,anggur, wangi wangian yang di bawa oleh pedagang asing dari manca negara seperti Tiongkok, Timur Tengah dan juga India yang membarter kulakan mereka dengan rempah rempah yang saat itu memang di banderol dengan harga selangit.
Pelabuhan Sunda Kelapa yang menjadi magnet perdagangan bersalin rupa menjadi Jayakarta pada tahun 1527 dan menjadi titik awal Fatahillah mengganti nama kota, sembilan dekade Jayakarta terus menggeliat sebagai salah satu tempat yang penting di nusantara hingga akhirnya pada tahun 1619 pasukan VOC yang di komandani Jan Pieterszoon Coen menaklukan Jayakarta dari pengaruh kesultanan Banten dan menggantinya menjadi Batavia.
Periodesasi Batavia pun di mulai dan mewarnai sejarah kota yang kini bernama Jakarta yang memiliki total luas 7.659,02 kilometer persegi. Batavia terus melakukan perubahan dalam tata kota, dan kolonialisasi Belanda terus berlanjut hingga pada tahun 1942 pemerintah Hindia Belanda takluk dengan invasi tentara Jepang, dan Batavia pun berganti nama menjadi Djakarta atau dalam bahasa Jepang mempunyai sebutan Jakaruta Tokubetsu Shi.
Mengawal Jakarta Menjadi Kota Kemenangan
Sebuah nama adalah sebuah do’a,begitu pun dengan Jakarta, Fatahillah menamai Jayakarta dengan sebuah arti yang berarti kota kemenangan, sebuah kemenangan tak serta merta datang begitu saja karena sejatinya kemenangan bukan datang secara gratis, perlu kerja keras untuk mewujudkannya. Jakarta kini menjadi titik sentral dari negara bernama Indonesia, gerbang awal untuk menjejak nusantara, di butuhkan kerja keras agar arti kota kemenangan menemukan momentumnya.
Tahun ini merupakan tahun pemilihan kepala daerah secara serentak dan provinsi Jakarta bagian dari daerah yang juga akan mengikuti pilkada pada buan Februari 2017. Mampukah para calon gubernur memberikan visi dan misi ke arah agar Jakarta memang layak di sebut sebagai kota kemenangan yang layak huni, humanis dan orang orang yang berada di kota ini lebih di manusiakan. Kita tunggu Jakarta baru yang di pimpin oleh seorang gubernur yang tak saja berperilaku santun namun di bumbui karakter tegas dan tentu saja di cintai oleh rakyatnya.
Jakarta dalam tujuh dekade terakhir mengawal kemerdekaan Republik Indonesia, adalah kota yang sarat sejarah dan juga banyak memiliki peluang untuk di sebut sebagai kota kemenangan bila pembangunan phisik seperti gedung gedung dan bangunan penunjang sebagai sebuah kota metropolitan, di barengi juga dengan pola pikir masyarakat yang madani dengan mengedepankan perilaku santun dan juga egaliter.
Trilema Jakarta Di Antara Kemacetan, Banjir Dan Masalah Sampah