Tak terbayangkan memang mudik menjadi sebuah pertaruhan nyawa, bukan bualan dan isapan jempol namun pada kenyataannya bahwa menjelang mudik saat jalanan begitu ramai dengan orang orang serta aneka rupa kendaraan yang mengantarkan kaum urban untuk menuju kampung halaman, bertemu dengan sanak famili namun di balik rasa bahagia, terselip sebuah was was, maka terangkumlah sebuah doa. Ya ALLAH SWT berikanlah keselamatan kepada hamba agar mudik selalu dalam lindunganMU.
Moda transportasi pilihan penulis saat mudik beberapa tahun lampau adalah bis, hal yang pertama yang paling di ingat adalah dengan di naikannya harga tiket bis oleh para kondektur, seenaknya seolah para mudiker adalah orang orang dengan uang di dompet yang meluber, meski terpaksa akhirnya harus tunduk dengan keinginan kondektur yang menetapkan tarif jauh lebih mahal dengan ketetapan pemerintah atau sering di sebut tuslah.
Namun seiring trend mudik mengunakan motor, naik bis untuk mudik sudah di tinggalkan, dengan memakai motor maka biaya perjalanan di pangkas, kelebihan ongkos mudik karena memakai motor siap di bagikan kepada sanak saudara di kampung, indahnya berbagi sih. Dan mudik menggunakan motor telah rutin di lakukan sejak lima tahun belakangan, soal mudik pakai bis adalah kenangan masa lalu.
Di Kira Mudik Pakai Motor Nggak Ngeri? Ngeri Tau!
Mudik naik motor akhir akhir ini memang mengalami kenaikan secara signifikan, mungkin sekali faktor mudahnya mendapatkan motor secara kredit, dengan hanya membawa uang muka di kisaran setengah juta, maka motor pun akan mudah di dapat, dan pilihan motor sebagai alat transportasi mudik tanpa bisa di cegah akhirnya menjamur dari tahun ke tahun.
Di bilang ngeri mudik pakai motor, iya juga sih namun inilah yang harus di pilih, meski resiko bermudik pakai motor memang riskan untuk kecelakaan di jalan namun ini adalah sebuah pilihan yang teramat dilematis. Motor yang hanya memiliki dua roda harus benar benar menjaga keseimbangan, berbeda dengan mobil yang bersenggolan masih bisa melajukan kendaraan tanpa harus terguling, ini berbeda dengan motor yang sedikit bersenggolan saja maka akan terjadi oleng dan menyebabkan motor terjatuh berikut pengendaranya dan juga yang di bonceng.
Belum lagi bila para pemudik membawa beban berlebih yang sering kita lihat bersama, motor di ikat kanan kiri dengan aneka benda bawaan, belum lagi bagian dpan dan belakang yang juga di penuhi barang barang muatan yang acap kali menyulitkan kendaraan saat bermanuver.
Sebagai mudiker yang rajin pulang kampung untuk mudik lebaran, sensasi naik motor bikin jantung deg degan bila menyalip kendaraan di depan, kalau kurang gesit maka potensi senggolan dengan kendaraan yang di salip akan terbuka lebar dan akibatnya bisa berakibat fatal bagi pemudik yang mengendarai motor.
Kengerian naik motor hanya bisa di ganti saat tiba di tempat tujuan, rasanya plong bisa sampai hingga rumah, bagai mana pun kengerian selalu hadir bila mudik pakai motor namun inilah yang bisa di lakukan, karena membeli mobil pun bukan pilihan tepat bagi penulis yang hanya bergaji sebesar Upah Minimum Kabupaten.
Mudik naik motor bukanlah sebuah keinginan namun keterpaksaan, dengan beban yang cukup berat, naik motor jadi lebih sulit untuk melakukan manuver dan belum lagi berangkat bersamaan di hari yang sama maka volume kendaraan pun meningkat, potensi bersenggolan motor akan lebih besar, ini lah sebenarnya kengerian mudik menggunakan motor, bila di suruh memilih mending pulang mudik dengan cara aman, tapi apa bisa?
Pemerintah Peduli Rakyat Itu Keren!