Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina tahun ini merayakan ulang tahun pernikahan ke-60, perjalanan panjang dua insan untuk mengayuh biduk rumah tangga.
 Dari Kompasiana pula penulis, bisa mengenal dua sosok penulis panutan, meski terbilang sepuh baik Opa Tjiptadinata dan Oma Rose terbilang penulis di blog keroyokan.
Pertama kali bertemu dengan Opa dan  Oma saat acara Kompasianival tahun 2014, itu juga di antar bu guru Maria Etha, cees penulis kalau ada acara offline Kompasiana. Saat itu Opa Tjiptadinata Effendi di dapuk sebagai Kompasiana Of The Year 2014. Setelah itu cukup sering berinteraksi dengan Opa dan Oma, baik saat berkomentar di tulisan Opa dan Oma, atau pun Oma dan Opa yang berkomentar di artikel penulis.
Bagi penulis Opa Tjiptadinata dan Oma Roseline adalah panutan di dunia kepenulisan, dengan usia yang boleh di bilang senior, namun untuk urusan literasi tetap produktif. Teringat kembali kenangan saat di tahun pertama nulis, pemilihan diksi masih mentah, menempatkan tanda baca berantakan, namanya juga newbie.
 Namun ketika membaca tulisan Opa Tjiptadinata yang kerap di ganjar Headline, tentu role mode untuk menulis di Kompasiana, melihatnya tulisan Opa.
Tahun ini Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina bersiap merayakan 60 tahun pernikahan, enam dekade bersama dan telah melewati manis pahit kehidupan, dan menurut penulis sosok Opa Tjiptadinata adalah tetap bersahaja meski pengalaman hidupnya penuh warna.
Bertahun tahun berada di luar negeri tapi tetap mencintai Indonesia, paspor Opa dan Opa masih berlambang burung Garuda loh, membincang tentang pasangan tak terpisahkan tentu sedikit banyaknya Kompasiana jua yang membuat penulis berinteraksi dengan Opa dan Oma.
Salah satu tulisan yang membekas ketika Opa Tjiptadinata menulis artikel di Kompasiana, judul tulisannya kalau tidak salah "Desertasi Kehidupan" yakni tentang nukilan belajar itu semua orang bisa melakukannya, tanpa harus sekolah formal dan ilmu bisa kita dapatkan tanpa harus masuk universitas dahulu.
Ilmu hidup berbagi,ilmu hidup bertoleransi, ilmu kesabaran,ilmu kerendahan hati,ilmu menerima kegagalan, ilmu tabur tuai, menurut Opa adalah ilmu yang tidak ada dalam kurikulum pendidikan formal, namun di dapat karena pembelajaran hidup. Opa Tjiptadinata yang lahir di Padang tanggal 21 Mei 1943, telah melanglang buana ke lima benua di dunia.
Hingga pantas saja untuk desertasi kehidupan boleh di bilang lulus dengan nilai cum laude, penulis beruntung dapat membaca tulisan tulisan Opa Tjiptadanata, sekaligus juga tentunya tulisan Oma Roselina yang tak kalah seru dan asyik.