"Pas mantab mancing di sini, airnya tenang, yang paling penting nggak ada Bah Ming," ujar Bagas kegirangan.
Mereka segera menyiapkan umpan,Gopar dan Tolib segera membuka kaleng bekas susu, isinya berupa cacing,sedangkan Radit dan Bagas sedang meracik umpan ikan yang dibeli di Pasar Pancur, umpan buatan yang banyak di jual di toko peralatan memancing.
"Tok gureleum disantok keulum."
Gopar melemparkan pancing setelah menggumamkan jangjawokan. Radit dan Bagas tersenyum geli melihat ulah Gopar yang membaca mantra sebelum melemparkan pancing, entah ia dapat dari mana, tapi terdengar lucu. Sambil memancing mereka asyik ngobrol, di selingi tawa jika ada hal hal yang lucu, namun gurauan mereka terhenti, ketika suara bentakan yang menggelegar dan membuat mereka terkejut.
"Bisa cicing henteu sia teh!"
Tiba tiba dari balik batu besar muncul Bah Ming, wajahnya sangar dan tak bersahabat, pandangan mata Bah Ming menatap empat sahabat, kemudian Bah Ming berkacak pinggang dan menyuruh Radit,Bagas,Tolib dan Gopar segera pergi.
"Baralik kaditu, jangan mancing di sini, mengganggu saja kalian disini," sembur Bah Ming murka.
"Salah kami apa Bah? Cuma mancing saja kok," bela Gopar meringis.
"Sudah Abah bilang, kalian jangan memancing di Cipager, dasar anak bandel! Di gulung Lilin Samak baru tahu rasa,"ancam Bah Ming.
"Nggak takut lah ama Lilin Samak mah Bah, takut mah sama Allah," tukas Tolib.
"Bangkawarah! Maraneh mah bandel pisannya."