Optimisme terlihat dari wajah wajah kader Partai Demiokrat yang hadir di The Hill Hotel Resort Sibolangit yang terletak di Jalan Letjen Jamin Ginting Nomor 45,3, Politisi senior Max Sopacua, Mantan Sekretaris Jendral Demokrat, Marzuki Alie, Mantan Bendahara Nazaruddin juga hadir dalam gelaran Kongres Luar Biasa Partai Demokrat, adapun KLB dibuka oleh Etty Manduapessy yang merupakan salah satu pendiri Partai Demokrat.
Pada akhirnya KLB itu sendiri secara suara bulat menetapkan Moeldoko menjadi Ketua Umum. Dualisme kepemimpinan pun tak terelakan, Agus Harimurti Yudhoyono yang merupakan Ketua Umum Demokrat kontan menolak hasil KLB Deli Serdang, sejak awal Maret hingga akhir bulan Maret, perseteruan dan saling klaim keabsahan pengurus Partai antara AHY dan Moeldoko bergulir meramaikan dunia politik tanah air.
Kedua kubu saling berharap bahwa partai besutan mereka diakui oleh negara, perang tagar di media sosial hingga klaim dukungan dari pengurus daerah mewarnai riuhnya keadaan internal partai yang memiliki warna kebesaran biru dengan logo mercy yang ikonik. Hingga kegaduhan itu pun mulai mereda ketika Kemenhukam memutuskan menolak hasil KLB Deli Serdang.
Menteri Hukum dan Ham, Yasonna Laoly di dampingi Menko Polhukam, Mahfud MD pada tanggal 31 Maret 2021 melakukan konferensi pers dan menolak pengesahan Deli Serdang. Dalam hal ini pihak pemerintah lebih bersikap tegas mengingat pada tahun 2020 berdasar hasil Kongres Partai Demokrat ke V, bahwa kepemimpinan AHY telah disahkan.
Kemana kubu Moeldoko setelah ini? Akankah lapang dada dan legowo, dengan posisinya sebagai Kepala Staf Presiden, kedekatan dengan orang nomor satu di Republik ini tak serta merta menjadi pintu tol untuk menjadi ketua umum partai, namun dari gelagatnya sih kubu Demokrat versi KLB Deli Serdang akan mempersiapkan amunisi baru.
Ketua Departemen Komunikasi dan Informasi versi KLB Deli Serdang, Saiful Huda, menyatakan menghormati keputusan Kemenhukam namun hal itu tak mengurangi upaya untuk menuju ke jalur PTUN. Apapun bisa terjadi, kita akan menyaksikan kembali drama kuat kuatan antara Demokrat versi AHY dan juga Moeldoko.
Di tengah pandemi Covid-19 yang masih mendera bangsa ini, intrik politik menjadi porsi besar di negara yang kita cintai, meski Partai Demokrat menghadapi polemik internal namun gaung kisah tentang parpol yang membawa nama besar Susilo Bambang Yudhoyono ini menarik perhatian warga Indonesia.
Bagaimana dengan kisah lanjutan dari intrik politik yang kita saksikan ini? Tampaknya kedua kubu telah mempersiapkan amunisi agar eksistensi partai yang di pimpinnya mampu berjalan dan diakui pemerintah karena ini merupakan syarat utama agar bisa berlaga dalam pemilihan umum beberapa tahun mendatang.
Moeldoko adalah mantan Panglima TNI dan sepertinya tak akan menyerah dalam satu pukulan, begitu pun dengan AHY yang berlatar pendidikan militer meski kariernya terhenti saat ia berpangkat Mayor. Agus Harimurti Yudhoyono memiliki mentor politik jempolan yakni ayahanda tercinta dan juga Priseden Republik Indonesia ke enam, Susilo Bambang Yudhoyono.
Pengalaman panjang SBY dalam mengarungi peta perpolitikan tanah air menjadi modal kuat AHY untuk bisa mengarungi polemik yang menerpa partai yang ia pimpin. Adu cerdas untuk merangkul arus bawah anggota partai sesungguhnya menjadi kunci kekuatan, wong cilik meski kerap diabaikan namun sejatinya adalah penentu kemenangan dan mampu mengantarkan seseorang meraih jabatan politik.