Dunia catur tanah air saat ini seperti mengalami musim buah yang manis dan di nikmati dengan rasa senang oleh kebanyakan orang, gegara viralnya Dewa Kipas, catur seakan mendapatkan momentum untuk bangkit menjadi olah raga yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, dwi tarung pemain amatir Dadang Subur melawan Grand Master Wanita Indonesia Irene Sukandar seakan menjadi titik balik bagi olahraga catur dan saat ini rame rame orang belajar catur.
Dalam sejarah catur tanah air, hanya delapan orang Indonesia yang berhak menyandang gelar Grand Master, untuk mengggapai Grand Master perlu latihan keras dan sejumlah pertandingan agar elo rating yang ia miliki memenuhi standar yang di tetapkan Federasi Catur Dunia, FIDE. Federasi Catur mempunyai ketentuan untuk seorang pecatur meraih titel Grand Master, dan itu pun berjenjang sesuai besaran atau tingginya elo rating si pecatur.
Untuk gelar FIDE Master pecatur harus memiliki elo rating 2300, International Master kudu punya elo rating 2400 dan Grand Master memiliki elo rating 2500. Orang Indonesia pertama yang berhak memiliki gelar Grand Master adalah Herman Suradiradja, besar dari keluarga menak Sunda, putra ketujuh Raden Sudarma Suradiradja besar di dunia catur dan beliau merupakan pecatur hebat di masanya.
Jika Dadang Subur yang juga orang Sunda lebih terkenal karena viralnya di dunia maya, sosok Herman Suradirdja memang murni berjuang untuk meraih titel Grand Masternya, lelaki kelahiran Sukabumi  pada tanggal 14 Oktober 1947 menimba ilmu catur di Bulgaria, bahkan norma pertama yang ia dapatkan di Primorsko pada tahun 1977, setelah itu tinggal waktu saja bagi Herman untuk meraih gelar idaman pecatur seluruh dunia yakni titel Grand Master.
Namun jalan menuju Grand Master tidaklah mudah, Herman mendapatkan norma Master International di Singapura, gelar Master International di Lublin Polandia, secara tradisional olahraga catur bukanlah olah raga utama, pamornya kalah dengan sepak bola ataupun bulu tangkis, namun publik dunia mengakui akhirnya Indonesia memiliki Grand Master bernama Herman Suradiradja pada tahun 1978. Lelaki Sunda yang memiliki ID FIDE 7100167 ini tercatat sebagai orang pertama di Indonesia meraih Grand Master dan orang ketiga Asia setelah pecatur Eugenio Torre dan Rosendo Balinas Jr.
Meski kemudian dalam perjalanan waktu, Herman Suradiradja tidak melulu ke catur sehingga performanya pun menurun, peraih juara nasional tahun 1975 menjadi tonggak  sejarah bagi dunia catur nasional. Bahwa pria Sunda yang pernah tercatat sebagai pegawai Dispenda provinsi DKI  dan meninggal pada 06 Juni 2016 adalah orang pertama bergelar Grand Master yang diakui FIDE dan membuka jalan bagi pecatur lainnya  meraih prestasi internasional.
Terakhir gelar Grand Master dari Indonesia adalah Novendra Priasmoro yang meraihnya pada Liberec Open, Republik Ceko 22-29 Februari 2020. Penantian panjang untuk meraih gelar Grand Master yang ke delapan ini karena terakhir kali Indonesia mendapatkan gelar tersebut di tahun 2004 atas nama pecatur Susanto Megaranto.
Semoga upaya Herman Suradiradja mendapatkan Grand Master menjadi inspirasi bagi pecatur pecatur pemula di tanah air untuk semakin mencintai olah raga asah otak, melihat animo besar saat pertandingan Dadang Subur versus Irene Sukandar, jika dikemas dengan tampilan cantik, catur mampu menyedot perhatian, saat ini antusiasme catur seakan mewabah dan semoga saja bukan viral yang sesaat, ini menjadi tantangan tersendiri bagi Percasi yang menjadi induk olah raga catur tanah air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H