Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gatot Nurmantyo dan Moeldoko, Dua Jenderal Berbeda Pandang terhadap Partai Demokrat

13 Maret 2021   17:33 Diperbarui: 13 Maret 2021   17:39 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gatot Nurmantyo blak blakan soal ajakan menggeser AHY dari Partai Demokrat(dok:Kompas.com)

Mulanya publik tanah air terkejut dengan buka suaranya ketua umum Partai Demokrat yang menyatakan adanya kudeta dengan partai yang dipimpinnya, sontak hal ini menjadi perdebatan karena secara terang terangan ia menyebut Moeldoko sebagai orang dibalik semua itu. 

Kisruh pun terjadi dan ada beberapa kader Demokrat yang di pecat termasuk mantan ketua DPR RI, Marzuki Alie. Sas sus tentang kudeta seakan mendapatkan pembenararan saat terjadi Kongres Luar Biasa yang diadakan pada tanggal 5 Maret 202, berdasarkan voting maka Moeldoko pun ditetapkan sebagau Ketua Umum Partai Demokrat  periode 2021-2026.

Partai Demokrat dalam Pemilu 2019 meraih 10.876.507 suara atau 7,77 persen dan menempatkan 54 kursi DPR RI. Namun apa daya terjadina dualisme kepemimpinan saat ini membawa partai Demokrat  ke arah perpecahan, Moeldoko yang juga pernah memegang tapuk tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada periode 2013-2015, tadinya mengelak soal kudeta di tubuh Partai Demokrat, namun pada akhirnya ia pun bersedia didapuk sebagai Ketua Umum meski tak semua DPD Partai Demokrat berkata setuju tentang jabatan ketum Demokrat.

Hal yang menarik dari kisruh Partai Demokrat adalah pengakuan dari Gatot Nurmantyo yang mengakui bahwa ia pun mendapat penawaran untuk menjadi ketum Partai Demokrat, dalam acara yang dipandu presenter kondang Najwa Shihab, mantan Panglima TNI ini ditawarkan untuk melakukan mosi tidak percaya terhadap Agus Harimurti Yudhoyono. Ini menjadi pernyataan yang seksi dari Gatot Nurmantyo. Ternyata dua mantan jenderal TNI memiliki cara pandang yang berbeda soal partai Demokrat.

Mungkin bagi kita semua akan menanti apa yang terjadi dengan nasib Partai berlambang mercy ini, akankah KLB versi Moeldoko akan mendapat pengesahan dari pemerintah, ataukah AHY akan tetap mendapatkan legimitasi, benar benar luar biasa situasi politik tanah air, mantan jenderal pun tak bisa lepas dari kumparan politik tanah air.

Sudah saatnya para politisi memikirkan nasib partai yang di naunginya, jangan sampai ada kekuatan lain yang memecah belah partai, saat ini memang kita sedang disuguhi drama politik yang lebih seru dibanding drama Korea, akankah kemelut Partai Demokrat berpengaruh dalam peta perpolitikan tanah air, para mantan Jenderal saat ini memiliki partai politik, ada sekitaran tiga tahun untuk bisa melakukan konsolidasi agar partai asuhannya mampu meraup suara pada pemilu 2024, semoga para elite parpol tetap menjaga integritas agar para pemilih tidak apatis terhadap keberadaan partai.

Terima kasih untuk Moeldoko dan juga Gatot Nurmantyo, dari kisruh Demokrat kita bisa belajar bahwa memang partai politik adalah tunggangan untuk meraih kursi kekuasaan. Semoga saja apa yang kita lihat hari ini menjadi pelajaran penting untuk memilih partai politik saat adanya pemilihan umum yang diselenggarakan lima tahun sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun