Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Anak Kandang

25 Desember 2019   07:53 Diperbarui: 25 Desember 2019   07:57 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang dikerjakan Popi hari-hari belakangan ini,setiap bel pulang sekolah berbunyi ia pasti telah bergegas pergi,kalau pun Sandi menghampiri kerumahnya pasti ia tidak ada.Dan Ibunya pun terkadang tidak tahu kemana perginya Popi dan hal ini yang membuat Sandi penasaran,adakah Popi tak ingin berteman lagi dengannya karena ia kemarin menghilangkan buku kesayangan Popi,mungkin saja Popi benar-benar membencinya kini.

Saat makan siang pun Sandi masih memikirkan itu,bahkan hidangan tempe bacem kesukaannya pun kini seperti tak nikmat membuat Ibu bertanya kepada Sandi.

"Akhir-akhir ini kamu kok kelihatan tidak begitu suka dengan hidangan makan siang Ibu,kenapa nak?"tanya Ibu sambil membelai Sandi lembut.

"Nggak kenapa-napa sih Bu,"elak Sandi tertunduk.

"Ibu tahu kamu pasti punya masalah,ayolah ceritakan kepada Ibu,mungkin Ibu bisa membantu,"sahut Ibu seraya menatap Sandi.

Maka Sandi pun bercerita tentang kegundahan hatinya,masalah Popi yang seolah menghindar darinya karena ia telah menghilangkan buku kesayangan Popi,mungkin Popi sangat membencinya kini,terlihat Ibu tersenyum tipis saat mendengar penuturan Sandi.

"Kok Ibu malah senyum --senyum sih?"Tanya Sandi.

"Tidak juga deh,mungkin Sandi terlalu cepat menyimpulkan tuh,"ujar Ibu dengan tenang.

Sandi menyudahi makan siangnya sambil tak lupa membantu Ibu membereskan piring dan gelas.Siang semakin panas saat Sandi meminta izin Ibu untuk menuju rumah Popi,tujuannya pasti yaitu menuju rumah Popi.Bergegas Sandi berjalan ia ingin persahabatannya dengan Popi tak harus berakhir gara-gara buku belaka,dan semoga Popi bisa memaafkannya.

Namun saat Sandi tiba di rumah Popi ternyata yang dicari malah tidak ada,bahkan Ibu Popi tak tahu kemana Popi pergi.Dengan kecewa akhirnya Sandi berbalik arah untuk pulang,hatinya semakin bertanya-tanya ada apa gerangan dengan sahabatnya itu.hal ini membuat hati Sandi semakin penasaran,mungkin Popi benar-benar ingin menjauhinya.

Dengan langkah gontai Sandi berjalan pulang,hatinya terus berkata apakah Popi sekarang benar-benar melupakannya,

"Hei kok jalan malah menunduk melulu."

Sandi tersentak kaget,wajahnya tersipu malu namun untunglah yang menegurnya itu Mira teman sekelasnya.

"Ternyata kamu Mir,sampai kaget saja,"ungkap Sandi seraya tersenyum ramah.

"Dari tadi kamu berjalan sambil menunduk,aku kira kamu lagi mencari uang yang hilang,"ucap Mira menerangkan.

"Tadi aku dari rumah Popi tapi tidak ada,bahkan Ibunya pun tak tahu kemana dia pergi,"jawab Sandi.

"Nyari Popi? Itu sih gampang cari saja di tempatnya Juragan Danu yang berada di perkampungan itu pasti ada disana,"terang Mira menjelaskan.

"Beneran nih Mir?"tanya Sandi bersemangat.

Mira mengangguk pasti,Sandi tersenyum puas dan tak lama kemudian ia berpamitan.Langkah kaki Sandi bergegas,tak dihirukan panas mentari yang penting ia harus bertemu dengan Popi secepatnya,tak berapa kemudian ia telah berada di perkampungan belakang komplek rumahnya.Banyak tanaman disana dan akhirnya Sandi menemukan orang yang ia cari selama ini,Popi.

"Popi ngapain kamu di situ?"tanya Sandi dengan tiba-tiba.

Popi tampak terkejut dengan kedatangan teman karibnya,hampir saja tempat makanan ayam yang dipegangnya terjatuh,untuk beberapa saat keduanya terdiam lalu Sandi beranjak mendekati Popi yang tampak dikerubuti ayam-ayam.

"Kamu ngapain disini?"ujar Sandi keheranan.

Popi tersenyum malu-malu namun ia pun menyambut karibnya itu dan ia meletakan tempat pakan ayam dan Popi keluar kandang,dengan perlahan ia menyeka keringatnya.

"Iya nih San aku sekarang jadi anak kandang,"ungkap Popi dengan mata berbinar.

"Anak kandang?Apaan juga itu!"Tanya Sandi heran.

"Anak kandang itu adalah orang yang bekerja di peternakan ayam ini,ia bekerja merawat ayam agar sehat,gemuk dan tentunya akan mahal kalau dijual nanti,lumayan San dari sini aku dapat uang,"terang Popi dengan senyum lebar.

"Ya ampun kok senekat ini sih Pop,aku kira kamu marah denganku karena aku menghilangkan bukumu nggak taunya malah nyari duit ditempat yang bau seperti ini,kok kamu mau-maunya,"cecar Sandi.

"Itung-itung latihan buat nyari uang,ternyata nyari uang itu tidak seenak minta ke orang tua kita,"terang Popi.

"Terus duitnya buat apa?"

"Insya Allah nanti jika terkumpul banyak aku akan sumbangkan ke panti asuhan anak yatim piatu tepat saat ulang tahunku nanti,kata Pak Ustadz tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah,pengen beramal dari jerih payah sendiri walau harus bekerja keras,untung Juragan Danu mau menerimaku disini,"jelas Popi seraya menatap Sandi.

"Jadi kamu tidak marah padaku?"

Popi menggeleng cepat,mereka saling pandang dan akhirnya tertawa bersama,kini Sandi tahu ternyata susahnya mencari Popi karena ia sibuk menjadi anak kandang agar ia bisa menyumbang panti asuhan anak yatim,sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh Sandi.Ternyata hati Popi sungguh mulia,ia rela bekerja ditempat seperti ini untuk mereka yang masih butuh perhatian.

"Kamu memang luar biasa Pop,mengorbankan waktu mainmu untuk mereka yang kekurangan tapi boleh nggak aku jadi anak kandang?"tawar Sandi sambil tertawa yang diikuti oleh Popi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun