Aksi selebrasi Firmino setelah mencetak gol ke gawang Flamengo(dok:REUTEUR)
Stadion Internasional Khalifa yang terletak di Doha, Qatar akan selalu menjadi stadion termanis yang di rasakan klub berjuluk Si Merah ini, Liverpool untuk kali keempat hadir sebagai perwakilan benua biru Eropa untuk berebut gelar sebagai klub yang terbaik di antara federasi sepak bola benua benua lainnya.Â
Saat Piala Interkontinental yang mempertemukan juara Piala/Liga Champions Eropa bertemu dengan juara piala Libertadores yang mempresentasikan klub klub di Amerika Latin sebagai jawaranya. Liverpool pernah mencicipi tiga kali pertarungan, namun semuanya itu tak mampu meraih trophy.
Liverpool pada tahun 1981 berhadapan dengan Flamengo namun harus mengakui keunggulan klub asal Brazil ini dengan skor 3-0, kemudian Liverpool hadir kembali di tahun 1984 sebagai status juara piala Champions Eropa, lawan The Reds adalah wakil dari Argentina, Independiente dan lagi lagi harus takluk dengan skor tipis 1-0.Â
Lama tak bisa berada di ajang yang di gelar menjelang tutup tahun, Liverpool pada tahun 2005 menjadi wakil Eropa untuk berhadapan dengan jagoan Amerika Latin, namun apesnya lagi untuk kali ketiga Liverpool kembali harus puas dengan raihan perak setelah kalah 1-0 saat bertanding dengan klub Sao Paolo.
Tahun 2019 status Liverpool adalah juara piala Champions Eropa, bulan Desember tahun ini Liverpool berjibaku untuk keempat kalinya untuk bisa mempersembahkan gelar juara dunia sekaligus meraih treble winner tahun 2019 setelah memboyong piala Champions serta Piala Super Eropa, selangkah lagi Liverpool menuju treble winner setelah lolos dari hadangan Montterey di semi final, The Reds unggul 2-1 dan berhadapan dengan Flamengo, klub yang sama saat Liverpool kalah di tahun 1981.
Tentu saja rasa yang berbeda saat bertemu kembali setelah 38 tahun berlalu, wakil Amerika Latin pasti mengenang kenangan indah 1981 namun kini Liverpool pun tak ingin kehilangan moment keempatnya tampil dilaga bergengsi, duel yang menarik dan siapa yang terhebat antara kekuatan benua biru Eropa melawan permainan khas pemain pemain Amerika Latin. Juergen Klopp memainkan pakem klasik 4-3-3, sedangkan Flamengo di bawah asuhan pelatih Jorge Jesus mengandalkan formula 4-3-2-1.
Gebrakan Liverpool terasa di 10 menit awal pertandingan, ada tiga tembakan para pemain Liverpool menuju ke daerah pertahanan Flamengo, namun bidikan pemain The Reds belum menemui sasaran yang tepat. Patut di puji adalah para pemain Flamengo mampu menutup pergerakan trio Sane, Salah dan Firmino tak bisa semena mena mendikte para pemain bertahan Flamengo dengan alur serangan yang di ciptakan trio ini, melewati masa empat puluh lima menit babak pertama skor masih kaca mata, 0-0.
Babak kedua pun kedua kesebelasan belum mampu menciptakan gol sehingga pertandingan pun dilanjut ke babak tambahan, mungkin tahun ini Liverpool sedang dalam keadaan dan situasi yang menyenangkan untuk meraih banyak piala. Di babak tambahan ini pada menit ke 99 kebuntuan Liverpool akhirnya tertuntaskan, skema serangan balik Henderson dengan melakukan umpan ke arah Mane mampu membuka kebuntuan tersebut, Mane berkelit dari kepungan pemain Flamengo dan ia pun mengumpan bola ke arah Firmino.
Gocekan Firmino melewati pemain Flamengo di kotak pinalti dan membuat kiper Diego Alves mati gaya sehingga bola meluncur ke arah gawang, Liverpool unggul satu nol, secara emosional Firminho membuka jersey dan di ganjar kartu kuning. Liverpool mampu menuntaskan pertandingan dengan keunggulan satu gol dan memastikan gelar juara dunia antar klub menjadi milik Anfield Gank, ini adalah kali pertama Liverpool meraih juara dunia dan sebagai kado indah akhir tahun bagi fans Liverpool di seluruh dunia dan memutus kutukan dan tahun ini Liverpool sah untuk disebut sebagai pemegang treble winner
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H