Lebaran telah berlalu sepekan lebih, kota kota tujuan kaum urban seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang mulai di semarakan kemacetan kembali, denyut kehidupan mulai terasa, seperti perumahan penulis yang terletak di pinggiran Cikarang yang mulai ramai kembali setelah di tinggal mudik.
Tukang nasi uduk, ketoprak atau pun penjaja kudapan telah kembali berdagang, buruh buruh di Bekasi telah kembali bekerja dan bisa di lihat dengan ramainya orang orang berseragam yang menunggu bis jemputan, ataupun motor yang kembali merajai jalanan.
Lebaran dan peristiwa mudik merupakan rutinitas tahunan, bahkan bisa di bilang kesuksesan sebuah rezim di negeri ini dapat di ukur dengan lancar tidaknya mudik, Kementerian terkait seperti Perhubungan, Kesehatan, Perindustrian dan Perdagangan, Kepolisian Republik Indonesia dan juga Bank Indonesia akan terus memantau pergerakan arus mudik dan pasca lebaran.
Di lebaran pula pergerakan inflasi barang barang kebutuhan pokok akan di pantau, komoditas seperti beras,daging,minyak goreng, gula serta terigu menjadi barang yang di butuhkan saat lebaran tiba.
Tahun ini menurut data Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik untuk tahun 2019 berada di angka 7,2 juta,memang sih menurun di banding tahun sebelumnya yang mencatat angka pemudik yang pulang kampung sebesar 8,02 juta pemudik.
Kangen kembali ke kampung halaman setelah merantau memberikan semacam kepuasan batin yang mendalam, tentu saja para pemudik yang di dominasi dari daerah Jabodetabek dan menuju daerah daerah seperti Jawa Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur serta ke pulau Sumatera dan Kalimantan serta Sulawesi tak melulu dengan membawa dompet kosong.
Jika asumsi pendapatan minimal buruh di Jabodetabek yang rerata di kisaran Rp 4 juta rupiah, paling tidak para pemudik yang pulang kampung akan membawa pulang uang ke kampung halaman di sekitaran Rp 4 jutaan lebih,itu pun dalam hitungan minimal ya,bisa jadi para pemudik jauh lebih banyak membawa uangnya untuk berjaga jaga ketika di kampung.
Perputaran uang saat lebaran tahun ini di perkirakaan berada di angka Rp 9 triliun lebih, sebuah angka yang fantastis mengingat libur lebaran tahun ini berdurasi seminggu hingga 11 hari.
Kampung kampung yang memiliki pemudik tentunya kecipratan perputaran uang yang dibawa pemudik, inilah unik Lebaranomic,sebuah fenomena khas saat lebaran ketika sektor sektor pariwisata dan juga perdagangan akan meningkat tajam karena efek dari lebaran.
Yang paling terasa banget saat lebaran adalah ramainya suasana pasar tradisional dan juga pasar pasar modern. Bahkan bisa dibilang panennya pelaku usaha adalah saat Ramadhan tiba dan juga lebaran.
Mungkin fenomena "Lebaranomic" mampu menggerakan roda ekonomi meski saat ini perputaran uang saat lebaran masih di dominasi di pulau Jawa.