"Ya Allah...Hasaaannn...kamu kembali juga!"
Tak lama kemudian Hasan memeluk perempuan yang membukakan pintu, dia adalah Teh Okti kakak semata wayangnya, kemudian setengah berteriak dengan luapan suka cita
"Emak ieuh si bungsu uih."
Hasan tersenyum melihat kehebohan kakaknya saat menyambutnya, Hasan menuju dalam rumah dan inilah kali pertama sejak sepuluh tahun terakhir ia berada di rumah yang ia kangeni di perantauan.
Hasan memasuki kamar Emak dan mengucapkan salam takzim, terlihat Emak menggenggam Al Qur'an, menjelang lebaran biasanya Emak mampu mengkhatamkan Qur'an dua kali, begitu ingatan Hasan tentang Emak di bulan puasa.
       *********
Senang rasanya berada di rumah setelah satu dasawarsa berada di rantau, saat berbuka bisa menikmati pepes ikan mas dan lodeh, ketemu juga si Tika yang sudah kelas 2 SMA dan si kembar Nana Neni yang sekarang duduk di kelas dua SD.Aha suasana kamar yang tak berubah dengan poster rockstar Bon Jovi.
Roro sedang membantu Teh Okti beres beres di dapur, dan Hasan berada di ruang tengah bersama Emak.
"Eta Hasan kok bisa aja ya milih istri yang geulis," goda Emak tersenyum tipis.
"Wajar atuh Emak, dapetin isteri yang cantik mah, pan anak Emak juga ganteng kan?" Ungkap Hasan tertawa lebar.
Ibu dan anak tertawa bahagia, teramat lama moment kebersamaan itu hilang di rumah, sejak Hasan memutuskan merantau ke Surabaya dan Abah meninggal tak ada sosok lelaki yang menjaga rumah. Kini Hasan kembali dan bahagia rasanya berkumpul kembali.
"Ngomong ngomong Mang Jaja sekarang gimana kabarnya Mak?" tanya Hasan.
Terlihat Emak menghela nafas, kemudian Emak bercerita tentang Mang Jaja, seputar runtuhnya kejayaan Mang Jaja beserta anggota keluarga. Mang Jaja sempat ditahan karena kasus korupsi saat jadi camat, anak lelaki Mang Jaja yang menjadi polisi dipecat karena ketahuan membekingi pencurian kayu, sedangkan anak bungsu Mang Jaja, Mita hamil diluar nikah saat kuliah di Bandung.
Hasan tercekat mendengar penjelasan dari Emak, tak menyangka jalan kehidupan adik Abah begitu tragis.