Di selatan kampung Rajawetan terdapat sebuah sekolah,kami menyebutnya sebagai inpres untuk tempat dimana kami bersekolah.Acapkali ke sekolah dengan keadaan nyeker atau memakai sendal jepit, namun kami pun tak canggung memakai sepatu meski susah payah untuk bisa menalikannya.
SD Negeri Rajawetan dengan lima lokal ruang belajar plus ruang guru dan toilet dengan sumur disampingnya. Yang membuat saya terpesona adalah gambar gambar tertempel di dinding, ada gambar sebuah keluarga terdiri dari Ayah,Ibu dan tiga anaknya.Keluarga legendaris yakni Bapak Budi, Ibu Budi, Wati kakak Budi, Budi sendiri dan Iwan sang adik.
Ada juga tokoh tokoh kalem yang berpeci hitam dengan jas yang dipakainya, terlihat elegant dan necis, terbata bata membaca nama mereka. Ada nama WR Supratman, Muhammad Yamin, Otto Iskandar Dinata dan sejumlah pahlawan nasional yang mengenakan jas, gambar pahlawan nadional itu dibingkai kayu sehingga terlihat rapi.
Ada juga gambar di depan kelas, diatas papan tulis. Gambar presiden RI yang masa itu dijabat Soeharto dengan wakil Adam Malik, kemudian Adam Malik digantikan oleh Umar Wirahadikusumah.
Mereka berjas lengkap,saat itu seingat saya di kampung Rajawetan yang sering mengenakan jas adalah Abah Ruslan, suami dari Ua Ropiah, mantan kuwu atau kepala desa. Abah Ruslan keren banget kalau memakai jas saat membawakan khutbah Jum'at.
Dengan menyandang tombak, berjas tapi tak lupa bersarung dan peci, khutbah jumat dengan memakai bahasa Sunda terdengar enak meski harus menahan kantuk.
Itulah kenangan penulis tentang jas, dan kini jas di bicarakan kembali di masa pilpres, adalah petahana yang menyatatakan bahwa setelan jas cenderung identik dengan budaya barat, bukan budaya Indonesia.
Tentu hal ini jadi menarik untuk disimak, tetapi menilik kehadiran jas yang juga bukan pakain kemaren sore di pakai di negeri ini, bahkan para bapak bangsa Indonesia menggunakan jas di setiap helatan resmi kenegaraan.
Entah lah apakah memang setelan jas memang nggak sesuai kultur bangsa, dan yang memakainya ke eropa eropaan, ternyata memang pilpres menyisakan persaingan yang ketat, dan bahkan pemakaian jas pun menjadi bahan berkampanye.
Tetap semangat untuk mendukung jagoan masing masing ya, soal kalah dan menang adalah keniscayaan, kita rayakan perbedaan pilihan dengan kegembiraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H