Dunia sepak bola identik dengan kaum laki laki, milyaran orang sangat menggemari olah raga bal balan, bahkan di negara negara Eropa sepak bola merupakan basis industri yang memberikan keuntungan milyaran dolar.
Pemain,penonton dan bahkan pengadil di lapangan menjadi sorotan berita. Namun dunia sepak bola kini tak melulu berkutat pada kaum adam, perempuan pun kini memberikan kontribusi dalam perkembangan sepak bola. Bahkan FIFA sebagai organisasi tertinggi sepak bola telah secara rutin menggelar piala dunia khusus perempuan.
Bagaimana dengan Indonesia? Gaung kaum perempuan di kancah sepak bola tanah air memang belum segempita bal balan kaum pria. Namun geliat perempuan di lapangan hijau tetap ada, entah itu para pemainnya atau pun korps pengadil di lapangan hijau.
Nah mau cerita nih tentang kiprah Ayu Lestari di lapangan hijau, siapa sih Ayu Lestari? Cerita berawal saat penulis berada di stadion Wibawa Mukti Kabupaten Bekasi saat menyaksikan pertandingan persahabatan Elang Khatulistiwa 05 FC Vs Karedok FC Bogor.
Yang menjadi perhatian penulis adalah pada sosok berambut kuncir buntut kuda, dia adalah asisten wasit alias hakim garis, perempuan lho.Berlari lari sambil mengamati jalannya pertandingan dari pinggir lapangan, sesekali ia mengibaskan bendera sebagai pertanda pemain kena offside.
Tak mudah untuk tetap bugar sepanjang 2 x 45 menit, dengan berlatih kekuatan tubuh disertai variasi latihan lari sprint jarak 70 meter hingga 100 meter membuat Ayu mampu bertugas di lapangan hijau.
Remaja yang baru berusia 17 tahun dan kini mengenyam pendidikan di SMAN 1 Cikarang Utara merasa menikmati masa remajanya untuk giat berlatih. Berawal di ajak teman dan kini Ayu Lestari semakin mencintai dunia sepak bola.
![Ayu Lestari bercita cita menjadi wasit Liga 1 Indonesia(dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/03/04/20190304-101620-5c7c9a6b677ffb7c4917c065.jpg?t=o&v=770)
Harapan Ayu adalah di satu ketika ia mampu menjadi wasit dalam pertandingan Liga 1 Indonesia, sebuah mimpi yang bisa menjadi kenyataan di satu ketika.
Menurut Ayu Lestari, saat di lapangan diperlukan sikap berbesar hati, apalagi harus mendapatkan cemoohan dari para pemain cadangan jika ia dianggap menguntungkan pihak lawan.
Ada juga pengalaman unik dan berkesan ketika ia menjadi asisten wasit, salah satunya salah memberi simbol bendera sehingga ada miss komunikasi antara ia dan wasit saat mengambil keputusan.
Menurut Ayu Lestari, menjadi pengadil di lapangan akan memberi banyak pelajaran tentang jiwa kepemimpinan, dan ia bangga menekuni kegiatan di dunia olah raga.
Ternyata posisi perempuan begitu luar biasa, bahkan lapangan hijau yang notabene merupakan porsi kaum laki bisa dilakukan juga oleh perempuan.