Ketika badan merasa tidak enak, kadang seorang karyawan memaksa untuk tetap kerja karena telanjur memiliki tanggung jawab yang belum selesai. Padahal ketika dipaksakan masuk kerja pun, kinerja menjadi tidak maksimal.
Kompasianer, kalau kamu lebih pilih mana? Memaksakan diri masuk, atau tetap mengajukan cuti/izin? Atau apakah kamu punya pengalaman terpaksa berbohong supaya mendapat izin atau cuti?
Bagaimana sesungguhnya etika cuti dan izin yang baik menurutmu? Seperti apa prosedur pengajuan di kantormu? Apa kendalanya? Bagaimana respons rekan kerja dan atasan setiap kali kamu mengajukan cuti/izin? Sila Kompasianer ceritakan dengan menambahkan label Izin Kerja pada tiap konten yang dibuat. Masukkan ke subkategori "Worklife".