Kompasianer, menurut kamu mengapa kecurangan-kecurangan terkait Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) setiap tahun selalu saja terulang? Apakah ini disebabkan oleh jumlah sekolah negeri yang terlalu sedikit, daya tampung yang terbatas, atau kualitas sekolah negeri yang tidak merata?Namun pertanyaannya, apa akar dari permasalahan ini? Apakah sekolah negeri, terutama tingkat menengah dan atas, jumlahnya terlalu sedikit? Jika jumlah sekolah negeri masih minim, perlukah pemerintah membuat unit sekolah baru? Yuk, bagikan opini, gagasan, serta pengalaman kamu di Kompasiana. Jangan lupa sertakan label PPDB Sekolah Negeri pada tiap konten yang kamu buat.
Gimana sih caranya magang di luar negeri? Apa saja sih persayaratan yang harus dipenuhi? Apakah gratis atau berbayar? Berapa upahnya? Perusahaan apa yang akan mempekerjakan kita? Nah, bagaimana dengan Kompasianer? Pernahkah Kompasianer mencoba program magang ke luar negeri? Manfaat apa yang didapat? Apa suka dukanya? Bagaimana prosedur yang wajib ditempuh? Bagaimana cara pengajuan visanya?Yuk berbagi cerita, pengalaman, tips, opini, tutorial, dan keseruanmu mengikuti program magang di luar negeri. Tambahkan label Magang ke Luar Negeri (dengan spasi) pada setiap konten yang Kompasianer buat!
Tahukan Kompasianer bahwa kurikulum Merdeka disiapkan menjadi kurikulum nasional? Apakah itu sudah tersosialisasikan dengan baik? Bagaimana Kompasianer melihat perubahan Kurikulum ini? Sedangkan di tempat Kompasianer mengajar, apakah masih menggunakan kurikulum 2013 atau sudah menerapkan kurikulum merdeka? Kalau belum, apa yang jadi kendala dan mengapa?Melihat kondisi di lapangan, apakah benar kurikulum merdeka sudah siap dijadikan kurikulum nasional? Bagian-bagian apa yang bisa Kompasianer kritisi dari kurikulum ini sebelum dilegalkan pemerintah? Silakan tambah label Kurikulum Nasional Baru (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Saat ini, di media sosial X (Twitter) masih ramai protes terhadap metode pembayaran bagi mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terkendala membayar uang kuliah tunggal (UKT). Pasalnya, salah satu solusi yang ditawarkan oleh pihak kampus adalah menggunakan jasa pinjaman daring/pinjaman online (alias pinjol).Bagaimana pendapat Kompasianer mengenai isu ini? Apakah Kompasianer familiar dengan pinjaman pendidikan (student loan) yang telah diberlakukan oleh negara lain? Apa keuntungan dan kekurangannya? Bagaimana pengalaman Kompasianer membiayai kuliah? Atau, bagaimana pandangan Kompasianer yang mungkin bekerja di manajemen kampus? Solusi apa yang biasanya ditawarkan oleh kampusmu? Bagaimana pertimbangan dan dilema yang dialami kampus? Silakan tambah label Mahalnya Biaya UKT (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Menurut Kompasianer, seberapa penting seseorang menempuh pendidikan Magister (S2) dan Doktor (S3)? Apa saja yang memengaruhi keputusan seseorang untuk melanjutkan studi ke S2 dan S3? Apakah tingginya strata pendidikan berbanding lurus dengan tingginya jabatan, prospek karier, hingga penghasilan? Faktor apa yang membuat Kompasianer enggan melanjutkan studi ke S2 dan S3? Apakah karena kendala biaya, beban belajar yang tak lagi relevan dengan kebutuhan hidup, atau karena tidak adanya program studi yang sesuai dengan minat Kompasianer?Bagaimana dengan Kompasianer yang sudah menempuh studi S2 dan S3? Keuntungan apa yang Kompasianer dapatkan dengan memiliki gelar Master dan Doktor? Bagaimana relevansi ilmu tersebut dengan pekerjaan yang kini dilakoni?Sampaikan opini maupun pengalaman Kompasianer terkait topik berikut dengan menambahkan label Lulusan S2 S3 (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Kompasianer, tahu cerita tentang murid di Cilacap yang menendang temannya? Peristiwa murid menganiaya sesama murid memang sering kita dengar (meski tak bisa dimaklumi juga). Tapi sudahkah kamu tahu tentang siswa yang menganiaya guru menggunakan celurit hingga bersimbah darah? Kok bisa ya?Bagaimana usulanmu guna menekan angka kriminalitas oleh anak/remaja? Hukuman apa yang pantas dan bisa membuat pelaku jera? Kamu bisa menulis dari sudut pandang keluarga, guru, maupun masyarakat. Mau curhat? Boleh juga lho. Sampaikan di Kompasiana dengan menambahkan label Kekerasan oleh Siswa pada setiap konten yang kamu buat.
Kompasianer, ada nggak warung-warung baik hati begini dalam kehidupanmu? Pasti masih ingat dong sama kebaikan hati bapak/ibu yang punya warung. Hal apa sih yang bikin kamu terharu dan bersyukur?Bagaimana warung-warung ini berkontribusi dalam membantu orang di sekitarnya dalam bertahan hidup? Kira-kira apa yang mau kamu sampaikan ke mereka jika berjumpa lagi?Kompasianer, yuk berbagi cerita dan kisah mengenai hal ini di Kompasiana dengan menyematkan label Warung Berjasa pada tiap konten yang kamu buat.
Ketika dulu mengisi soal mana yang Kompasianer lebih mudah kerjakan, pilihan ganda atau soal uraian? Mengapa itu dirasa lebih mudah? Bagaimana Kompasianer melihat soal pilihan ganda? Adakah kelebihan maupun kekurangan dari soal-soal pilihan ganda?Bagaimana tanggapan Kompasianer mengenai usulan yang diinginkan Maudy Ayunda tersebut? Apakah itu mungkin direalisasikan meski bukan oleh ia sendiri? Silakan tambah label Soal Pilihan Ganda (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Sebagai orangtua, bagaimana Kompasianer menilai razia cukur rambut yang biasa terjadi di sekolah? Apakah setuju jika itu kerap dilakukan oleh guru kepada murid?Jika tidak, prosedur seperti apa yang sekolah bisa lakukan untuk mendisiplinkan rambut agar tampak rapi? Akan tetapi, kalau memang Kompasianer setuju, apakah dengan razia cukur rambut bisa membuat murid jera?Apakah sulit dan berat bagi guru untuk menghubungi langsung kepada wali murid yang bersangkutan, misalnya, untuk mengomunikasikan perihal kerapian rambut di sekolah?Silakan tambah label Razia Cukur Rambut (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Apakah setuju jika skripsi tidak diwajibkan sebagai syarat kelulusan mahasiswa? Jika, ya, menurut Kompasianer apa format pengganti yang tepat bagi mahasiswa agar bisa lulus? Atau, jika tidak setuju, apakah sudah cukup bagi mahasiswa vokasi, misalnya, menunjukan kompetensinya dengan karya ilmiah?Bagaimana tanggapan Kompasianer mengenai Permen yang baru saja dikeluarkan Mas Menteri? Apakah itu bisa dianggap "memudahkan" mahasiswa lulus atau justru sebaliknya? Silakan tambah label Skripsi Tidak Wajib (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.