Mohon tunggu...
Topeng
Topeng Mohon Tunggu... -

Seorang Pria Bertopeng, suka berteman dan cinta damai....\r\nsalam tertawa bahagia ... hahahahahahahahahahahahahahaha...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mau Proyek Miliaran dari APBN? Wani Piro?!

12 September 2011   02:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:02 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mau dapatkan proyek pemerintah bernilai miliaran rupiah yang berasal dari dana APBN atau ABPD? Heh, segera hubungi saja si Topeng, sekarang juga!Hahahahahahahahahaha... Sebut nama si Topeng 3 X! Topeng..! Topeng..! Topeng..! Hahahahahahahahahahahaha...

Tampaknya, lebaran kemarin seperti membawa berkah bagi si Topeng. Sebuah informasi penting telah diperoleh. Ya, benar! Seorang teman sekolah di SMP dulu, yang kini menjadi politisi di Jakarta sempat menemuinya dan berbincang panjang lebar dengan si Topeng saat mudik lebaran kemarin.

“Peng, tugas kamu adalah mencari pengusaha, calon pemenang tender proyek” kata sang teman.

“Lalu?”

“Hubungkan dia dengan saya, dan orang-orang saya di Jakarta...”

“Terus....”

“Kamu dan pengusaha itu datangi pejabat daerah, syukur kalau langsung bertemu Bupati atau Walikota.....”

“Hmm.....”

“Tidak usah lama-lama mikir, Peng. Kan, Ketua DPRD itu teman lama kamu juga.....”

“Benar, sih.....”

“Ya, sudah. Bersama pengusaha, kamu temui saja pejabat itu. Targetnya, bagaimana caranya pemerintah daerah mengajukan proposal mengenai pentingnya bantuan proyek dari pusat untuk kepentingan di daerah situ...”

“Proyek apa ya?”

“Hahahahahahahahahhahahahahahahaha... Peng, Peng......Telmi banget sih, kamu. Ya proyek apa saja. Bisa proyek APBN murni untuk tahun depan, atau proyek APBN Perubahan yang bulan depan bisa segera diproses....”

“Mau proyek pengadaan alat kesehatan, proyek pembangunan infrastruktur daerah tertinggal, proyek penanggulangan masalah sosial, proyek peningkatan mutu pendidikan.... wah, apa saja lah. Semua bisa diatur... Hahahahahahahahahahahahahaha.....”

“Bener, nih? Apa syaratnya?”

“Ya, pasti bener, Peng! Masa, kamu enggak percaya sih? Syaratnya gampang. Tanya pada pengusaha: Wani piro?... Hahahahahahahahahahaha...”

Lalu, sang teman berusaha untuk lebih menjelaskan pada si Topeng. Bahwa untuk memperoleh sebuah proyek bernilai milyaran rupiah, si pengusaha harus berani memasang umpan dulu senilai 20 % dari total nilai proyek. Katanya, untuk keperluan para pejabat di tingkat pusat yang terkait dengan pengalokasian dana bantuan proyek untuk tiap daerah yang mengajukan proposal.

“Hmm... saya mulai paham...”

“Bagus, Peng. Jangan lupa. Amankan juga para pejabat daerah. Agar tendernya aman, dan dimenangkan oleh pengusaha yang kamu bawa itu”

“Berarti, harus keluar uang lagi, dong...”

“Hahahahahahahahahahahahahahahahha... Ya, iyalah, Peng. Apa mau si pengusaha itu rugi? Sudah keluarin uang buat orang-orang Jakarta, eh.. malah proyeknya dimenangkan oleh pengusaha lain. Kasihan kan, si pengusaha? Hahahahahahahahahahahahaahahaha.....”

"Jangan lupa, ambil bagianmu juga, Peng!"

Si Topeng tampak termanggut-manggut. Namun, raut wajahnya, seperti masih menyiratkan ada sejumlah pertanyaan yang belum terungkapkan. Sang teman segera mampu menangkapnya.

“Peng, ini bukan soal korupsi atau bukan....”

“Maksudnya?”

“Ini soal informasi, di zaman informasi!”

Si Topeng masih terdiam. Tampaknya, ia belum memahami maksud dari kata-kata sang teman.

“Informasi itu kekuasaan, Peng. Informasi itu, adalah uang!”

“Benar juga.....” kata si Topeng.

Lalu, ia pun ikut tertawa-tawa. Hahahahahahahahahahaahahahahahahahahaha......... Good...good.... Prok...Prok...Prok....!!! Seolah, ia merasa telah memperoleh informasi yang sangat luar biasa!

Keesokan harinya, si Topeng berjumpa dengan Kyai Gendheng di rumahnya.

“Apa Peng??? Kamu mau ikutan menjadi ZOMBIE KORUPSI??? Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha.........”

Wajah Si Topeng tampak berubah menjadi merah padam. Ia sempat terlihat menggaruk-garuk, lalu celingak celinguk, masih sambil terduduk.

“Wani Piro???!!! Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha....” tegas Kyai Gendheng.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun